Jumat, 31 Agustus 2012

BASHIRAH, ditengah Terbatasnya Mata Lahir



Bismillaahirrahmaanirraahiim…

Purnama nyaris sempurna, sinarnya benderang bak pelita di pekat malam. Sayup-sayup simfoni malam mulai meredup tak terdengar. Sunyi mengantarkan saya pada sebuah renungan tentang hakikat sebuah kebahagiaan ditengah keterbatasan.

Allah tak pernah pilih kasih terhadap hambaNYA. Semua hal yang Ia ciptakan telah diatur dengan desain paling sempurna, melalui ketelitian yang sedimikian rupa, melewati proses panjang yang sarat hikmah. Siang & malam Ia sibuk mengurusi hambaNYA tanpa kenal lelah.  Hingga terciptalah kita, makhluk  dengan sebaik-baik bentuk. Meski secara kasat mata, dalam pandangan manusia yang serba tak sempurna, nampaklah beberapa sosok dengan kondisi lahiriah yang terbatas.

Beberapa minggu terakhir, berkali-kali Allah pertemukan saya dengan seorang tunanetra. Di angkot, di perjalanan menuju kampus, di majlis ilmu, dan di tempat kerja.  Setiap kali bertemu mereka, yang pertama kali terbersit adalah rasa iba. Sempitnya saya merasa, betapa tidak nyamannya menyaksikan kehidupan alam yang memiliki berjuta pesona ini hanya dalam satu warna serta kondisi, hitam & gelap.  Betapa menyusahkannya ketika pergi kemana-mana harus membawa tongkat yang menjadi penuntun jalan. Betapa sedihnya saat ia tak mampu melihat lekuk wajah orang-orang yang dicintai & disayanginya.  Ah, sayangnya ketika rasa iba menguasai diri yang terpikirkan justru hanya satu titik saja, kelemahan. Nyatanya, siapa bilang mereka tak pernah bahagia?

***

Setahun lalu ketika saya masih tinggal di asrama, ada sosok luar biasa yang begitu berjasa dalam menyemangati & membentuk diri saya untuk konsisten berdekatan dengan Al-Qur’an. Beliau dan keluarganya tinggal persis disamping asrama santri. Karena akses kami dengan beliau cukup mudah, tak jarang setiap kali ada masalah atau keperluan yang berhubungan dengan asrama kami konsultasikan kepada beliau. Pun ketika ada beberapa santri yang mengalami kesulitan dalam belajar ,muraja’ah, dan menghafal Qur’an, kami tak segan untuk berbagi dan meminta solusi dari beliau. Sosok sederhana nan penuh semangat  ini tak lain adalah ustadz pembimbing tahfidz saya. Beliau hanya memiliki kemampuan melihat kurang lebih 50%. Kadang ketika berpapasan dengan para santri, ustadz seringkali keliru memanggil nama kami karena penglihatannya yang tidak jelas.

Beliau adalah seorang hafidz, kami seringkali dibuat terkesan oleh sosoknya. Sebelum waktu setor hafalan tiba, biasanya ustadz selalu mengompori kami untuk meningkatkan semangat menghafal dengan kisah2 hikmah ataupun petuah menggunggah yang sungguh kami nantikan setiap pagi.  Ketika tiba giliran menyetor hafalan, dengan sabar ustadz mendengarkan, memperbaiki hafalan yang salah, juga membenarkan makhraj & tajwid yang kurang tepat. Sempurna. Hafalan ustadz sangat kokoh, seakan-akan beliau hafal letak dari huruf ke huruf pada setiap ayat Al-Qur’an. Padahal penglihatannya sangat terbatas. Subhanallaah, ditengah keterbatasan Allah tlah memuliakannya dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an telah menjadikan beliau sosok yang berpembawaan tenang, tajam pikirannya, bijaksana dalam menyikapi masalah, dan peka dalam setiap situasi.

Banyak contoh yang telah memberikan ibrah mendalam dalam diri saya dari seorang tunanetra. Ada Kang Hanan, siswa Aliyah yang buta sejak lahir namun telah beberapa kali menjuarai lomba pidato di pesantren, sekolah, hingga tingkat kabupaten. Ada juga LSM Ummi Maktum Voice, yang menginspirasi orang-orang agar bersegera menginfakkan sebagian rezekinya untuk menyebarkan Al-Qur’an Braille bagi para tunanetra. Dan masih banyak lagi sosok inspirasi dari kalangan mereka yang menyadarkan saya untuk tidak memandang sebelah mata atas kekurangannya.

***

BASHIRAH, kekuatan mata hati, adalah salah satu hadiah yang Allah berikan kepada orang-orang seperti mereka. Kondisi penglihatan yang terbatas mampu membuat mereka lebih peka menyikapi apa yang mereka dengar, lihat, raba dan rasakan. Ia adalah cahaya hati yang benderang, menuntun pemiliknya untuk berjalan sesuai hati nuraninya. Allah Maha Adil, mengangkat sebagian orang dengan kekurangan fisiknya dan menjatuhkan lainnya walaupun berjasad sempurna. Lihatlah bagaimana cara Allah mencukupi rezeki ditengah gelapnya pandangan seorang tunanetra. Bagaimana Allah meninggikan derajat seorang yang terbatas penglihatannya dengan sesuatu yang sangat mulia, Al-Qur’an. 

Kekuatan mata hati menjadi pelitanya. Allah telah menggantikan kebutaan matanya sebagai cahaya dalam pandangan dan pancaran di hati. Sehingga ia dapat melihat dengan mata hati, apa-apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala orang lain. Mereka bahagia hingga tak lagi merasai kekurangan itu.

Lalu bagaimana dengan kita yang telah Allah sempurnakan lahiriahnya? Semoga tak pernah lupa mengurai syukur…karena disanalah sebenarnya kunci setiap kebahagiaan.


Syarifatun Nisa NH

Dalam renungan..

Kamis, 30 Agustus 2012

Lembar Cinta untuk Ananda # Pengantar Sederhana..



Bismillaahirrahmaanirraahiim…

Ada rindu yang mengendap setiap kali melihat teduh pandangan seorang anak. Ada cinta yang menyeruak ketika wajah-wajah polos nan pancarkan kejujuran itu tersenyum menyapa. Sesekali asa memainkan naluri keibuan diri, kelak akankah kujumpa permata hatiku? 




Ananda, penyejuk hati bunda..

Tak mengapa, meski saat ini kau masih terlukis sempurna dalam impian. Namun ketahuilah, sejak Allah amanahkan diri ini sebagai seorang wanita, saat itu pula bunda merasa telah dititipi benih yang akan menghuni rahim bunda kelak. Sibiran daging bukti keagungan Allah yang harus terjaga dengan sempurna. Bahkan jauh hari sebelum bunda menyempurnakan separuh agama, kau telah memiliki hak untuk bunda rawat dalam kebaikan.

Anakku, banyak orang bilang..buah tak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya. Mungkin tak keliru jika bunda mengartikan kelak ketaatanmu kepada Allah, kecintaanmu kepada Rasulullaah, komitmenmu terhadap dien Islam, kedekatanmu dengan Al-Qur’an tak akan jauh berbeda dari apa yang tertanam dalam diri bunda sejak saat ini. Baik, setengah-setengah ataukah buruk? Tentu bunda inginkan yang terbaik untukmu, nak…

Ananda, penentram jiwa bunda..

Seorang ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya, yang apabila ia mempersiapkannya dengan baik maka akan terlahirlah generasi-generasi yang hebat buah dari pendidikannya. Lalu bunda tersadar, semua persiapan itu tidaklah instan, semua persiapan itu tidak bisa tercapai tiba-tiba. Perlu proses  panjang yang akhirnya membuat bunda banyak belajar dan memahami makna keutamaan sebuah “madrasah”. Ibarat menanam benih yang baik, agar ia tumbuh subur dan dapat memberi manfaat kelak kepada banyak orang, maka bunda harus mengetahui kapan saat terbaik untuk menyiramnya, pupuk apa saja yang akan menopang tumbuh kembangnya, bagaimana ilmu untuk merawatnya. Bunda harus telaten dan sabar untuk itu. Tak elok rasanya jika bunda inginkan yang terbaik untukmu, tapi bunda sendiri enggan berjuang memantaskan diri di hadapan Allah.

Untuk itu, sekuat tenaga bunda berusaha menempa dan mendidik diri sejak saat ini. Agar kau terbina sejak dini..bahkan sebelum kau terbentuk dan lahir dari rahim bunda, kuharap nanda sudah merasakan indahnya tarbiyah melalui diri bunda..Biidznillaahi ta’ala..

InsyaAllah, besok kita jumpa lagi ya, nanda…ini hanya pengantar sederhana dari banyak lembar impian, harapan dan do’a bunda untukmu..Sepertinya bibimu mulai kesulitan dengan tugasnya, bunda harus bantu bibi dulu.. :)

Bunda bingkis doa terindah untukmu nak,


“Rabby hably minash shaalihiin.” 
Shalih, shalihah, kelak jadilah permata hati bunda yang mencinta & dicintai Allah...




Sabtu, 25 Agustus 2012

Teruntuk Adinda



Ingin kulukis senja..

Menyinar gradasi jingga di bening mata,

Menghapus gerimis-gerimis di sayu cahaya

Meski resahmu tak jua mereda

Adakah kau maknai adinda?

Untuk satu bilik makna

Hari ini dan seterusnya tak pernah berbeda

Pun ketika kau harus terluka,

Ada asa yang harus kita renda,

Selamanya tanpa jeda..

Di setiap hening masa,

Dalam seruak rasa,.

hati tak pernah sendiri , adinda ..

Ada Allah yang tak pernah tiada,

Menenun  cinta NYA untuk kita,

Menanti yang hina segera berbalut taqwa..

Rindui taubat hamba..

Karena hidup hanyalah tentang DIA



Beriring  ridhaNYA yang menyejuk di jiwa.



(Teruntuk adikku yang jauh dari pelupuk mata, semoga sedikit membasuh lara, meski tak cukup istimewa :) 
      

Selasa, 14 Agustus 2012

PANTAI HALOGENIA (Sekilas tentang Pendekatan Multiple Intelligence Semasa SMA)



Semburat warna mentari menyapa pagi dengan ramah, lembut menelusup celah-celah nyiur hijau yang berderet sepanjang tepian pantai. Pagi ini penduduk sekitar Pantai Halogenia nampak lebih sibuk dari biasanya. Sekumpulan anak-anak nelayan berlari-lari dengan riang, satu sama lain saling berkejaran menuju deburan ombak, menciduk airnya kedalam ember dan cepat-cepat membasahi gundukan pasir kering yang terletak agak jauh di pesisir pantai. Sebagian temannya yang lain tengah sibuk membentuk padatan pasir basah dengan cetakan-cetakan sederhana yang unik, membangun istana impian mereka.

Sementara itu tak jauh dari pantai, di sebuah gubuk sederhana, Nenek Halida terlihat sangat bersemangat memasukkan Kristal-kristal garam hasil panen siang kemarin kedalam bungkus-bungkus plastik kecil. Sesekali ia meneriaki cucu-cucunya Fluor, Clor, Brom dan Iod yang tengah bermain air laut untuk berhati-hati.

Pantai Halogenia yang eksotis semakin ramai dengan kunjungan para wisatawan yang hendak berlibur menikmati panorama indah yang menarik hati …


Pantai Halogenia? Memang ada ya? Dimana, dimana?

Hehe, teman-teman cari di peta mana pun, InsyaAllah saya yakin tidak akan menemukannya :D

Prolog diatas adalah sekilas cuplikan sebuah naskah, dan Pantai Halogenia adalah hasil imajinasi kami semasa belajar di kelas 3 SMA.

***

Berawal dari keresahan seorang guru kimia ketika mendapati nilai ulangan kimia kami  tidak juga menunjukkan kemajuan yang signifikan, padahal kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional. Saat itu guru kimia kami sempat menanyakan dan mengevaluasi bersama mengapa hal itu bisa terjadi, dan salah satu penyebabnya adalah kebanyakan dari kami merasa jenuh dengan metode belajar klasik yang kami dapati di hampir semua mata pelajaran. Hingga muncullah ide cemerlang dari beliau yang membuat kami bingung cukup lama (hehe, aslinya sih saya yang bingung :D)

Waktu itu guru kami langsung membagi siswa-siswi yang ada di kelas menjadi beberapa kelompok dan memberi nama kelompok sesuai dengan judul BAB yang harus depelajari. Pikir kami, paling juga kami disuruh buat power point lagi, lalu mempresentasikannya di depan kelas. Tapi ternyata semua prasangka kami salaah besar.

Tak lama dari itu Pak Hadyan (guru kimia) menjelaskan tugas yang harus kami kerjakan yaitu menyajikan materi kimia dengan bermain drama. Sontak kami kaget, kelas tiba-tiba ramai..bagaimana bisa? Ini pelajaran kimia atau kesenian? Kemudian Pak Hadyan segera menenangkan kami dengan menyampaikan beberapa poin yang dapat kami lakukan untuk memulai proses pengerjaan tugas. Prinsipnya sebenarnya sama saja dengan presentasi, sebelum menyajikan kami harus mendalami materi terlebih dahulu, hanya perbedaannya sajian dibuat lebih kreatif melalui drama dan power point yang biasa dibuat berubah menjadi bentuk naskah.

Sebelum menyusun naskah, anggota kelompok yang pintar di pelajaran kimia mau tidak mau harus memahami lebih dulu sebelum membagi ilmu yang ia fahami kepada anggota kelompok lain, kemudian kami berdiskusi untuk menyamakan persepsi agar tidak salah menyampaikan materi dalam drama.

Setelah materi kami fahami, waktunya para penyusun naskah ambil bagian. Bermunculanlah ide kreatif dari semua anggota kelompok tentang drama yang akan dimainkan, mulai dari setting tempat, alur cerita, penokohan, sampai ide2 jenaka sebagai bumbu dalam drama. Kebetulan saat itu kelompok saya kebagian BAB tentang HALOGEN. Karena halogen adalah unsure pembentuk garam dan biasanya pembentukan garam identik terjadi di laut, akhirnya tercetuslah PANTAI HALOGENIA menjadi latar tempat dalam drama kami.

Awalnya cukup kesulitan juga ketika materi kimia yang biasa disampaikan dalam bahasa formal harus diolah kedalam bahasa naskah yang  harus mudah difahami oleh penonton. Tapi alhamdulillaah, mungkin karena baru kali itu kami merasakan belajar kimia dengan enjoy, tanpa dipusingkan dengan rumus2 yang njelimet, lalu mengalirlah inspirasi-inspirasi kami.

Untuk memudahkan dalam menyampaikan materi, kami membuat tokoh2 dalam drama berperan langsung sebagai unsure-unsure halogen dan unsure lain sebagai pereaksi. Agar kesannya tidak menggurui, kami menyampaikan sifat masing-masing unsure dengan candaan anak-anak nelayan yang sedang bermain di pantai. Salah satu contoh ketika menerangkan kereaktifan unsure2 halogen, kami mengemasnya menjadi bentuk permainan oray-orayan (saya kurang tau bahasa Indonesianya oray-orayan apa, ular-ularan gitu ya? -__-“) dimana setiap anak-anak yang memerankan tokoh Fluor (Fluorin), Clor (Clorin), Brom (Bromin), Iod (Iodin), dan Asti (Astatin) disusun berurutan sesuai dengan kereaktifan paling tinggi berdiri di depan, menyusul unsure-unsure dengan kereaktifan lebih rendah di belakangnya.

Uniknya, teman-teman yang mengaku kurang ngeuh dengan pelajaran kimia justru terlihat sangat menikmati perannya. Karena, saat itu proses belajar tidak semata terpaku pada kemampuan kognitif yang terkesan menganaktirikan teman-teman yang memiliki potensi dan kecerdasan di aspek lain. Ada teman saya yang sangat suka menari, dan ia pun mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan memunculkan ide tarian anak-anak sebelum bermain pasir (bahkan lagu pengiringnya pun masih terekam jelas dalam ingatan saya, lagu milik penyanyi cilik Eno Lerian DuDiDuDiDam). Ada juga yang kecerdasannya muncul di musical, sibuk memilih musik-musik yang tepat untuk meramaikan drama.

Walaupun begitu kami tetap memahami esensi dari materi kimia yang harus kami sajikan, karena kami sadari selain memahamkan diri sendiri kami juga harus memahamkan isi materi kelompok kami kepada siswa lain. Satu hal yang menyenangkan bahwa kami dapat  memahami dan menyampaikan materi yang terbilang sulit dengan gaya belajar kami sendiri, sesuai kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Cukup adil bukan?

***

Selama proses mendalami materi, penyusunan naskah, hingga pagelaran drama itulah yang selalu saya ingat sampai sekarang. Bagi saya drama kimia ini merupakan metode belajar yang paling mengesankan selama belajar di bangku sekolah. Pak Hadyan telah berhasil menstimulus kami untuk mempelajari kimia dengan kemasan yang terbilang aneh saat itu, hingga saya melihat teman-teman saya sangat maksimal memunculkan masing-masing potensi yang dimilikinya. Kami bisa dengan bebas mengeksplorasi kemampuan dan mengembangkan sayap-sayap imajinasi kami untuk dituangkan dalam drama kimia.

Sederhananya saya menyimpulkan bahwa seperti inilah salah satu potret penerapan strategy belajar dengan pendekatan Multiple Intelligence yang tengah marak dibahas di kalangan para pendidik. Dimana guru mampu membangunkan dan menarik keluar semua potensi yang terpendam dalam diri siswa didik dengan tidak memandang sebelah mata kecerdasan siswa lain yang mungkin dalam ukuran penilaia kognitifnya kurang, sehingga siswa merasa dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Jujur saya masih sangaaattt sedikit pengalamannya di dunia pendidikan, masih harus banyak belajar. Hanya ingin berbagi pengalaman dan semoga apa yang telah didapat dari guru saya ini bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru lainnya untuk lebih melejitkan kreativitasnya dalam mendidik siswa.

Terakhir saya ucapkan banyak terimakasih kepada guru-guru kehidupan yang telah sabar mendidik saya hingga saat ini. Semoga Alloh karuniakan balasan atas setiap ilmu yang diberikan dengan limpahan nikmat yang jauh lebih sempurna disisiNYA. Aamiin Yaa Rabb

Syarifatun Nisa NH
Penghujung Pagi, 150812



Senin, 28 Mei 2012

Rubel Sahaja #1

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
"Ada banyak cara untuk menciptakan kebahagiaan dalam diri kita, salah satunya adalah dengan berbagi kebahagiaan itu sendiri kepada sesama."
Sekitar sebulan lalu saya mendapat kabar gembira dari The Ney dan kawan2 tentang tembusnya proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mereka gagas ke meja Dikti. Program Funtahsin Al-Qur’an untuk Anak-anak Jalanan Pasar Ciroyom yang bertujuan untuk membangun pendidikan karakter berbasis agama tersebut mendapat sambutan yang sangat positif dari pihak Dikti. Program inilah yang menjadi gerbang awal pertemuan kami dengan mereka, penguat rasa syukur kami.

Ahad sore menjelang ashar, alhamdulillaah terasa begitu berenergi sekali..selepas bertugas di SMM, saya langsung bersiap-siap untuk pergi ke Ciroyom. Seharusnya sudah dari 4 pekan lalu saya pergi ke tempat itu, namun karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan di pesantren, keinginan untuk pergi kesana pun saya tabung dulu berminggu-minggu.

Angkot putih berpolet kuning yang saya tumpangi pun melaju dengan cepat. Sesampainya di pasar Ciroyom, bau menyengat khas pasar tradisional menyerbu indera penciuman saya. Jalanan becek, rutinitas pasar terlihat mulai berkurang, di sudut lain, aktivitas sekitar stasiun Ciroyom nampak masih ramai. Berbekal peta sederhana dari seorang sahabat saya pun memberanikan diri menyusuri sekitar pasar, melewati terminal kecil menuju sebuah bangunan bertingkat dekat tower yang menjadi patokan. Alhamdulillaah, akhirnya saya sampai di atap teratas pasar. Angin sepoi-sepoi terasa sangat menyejukkan, dan tiba-tiba saja saya dikerubuti sekelompok anak yang berebut menyalami saya.

 “Assalamu’alaikum, kaa, “

 “Jajang, kaa”

 “Nur, kaa”

“Evita..”

“Saya ian ka”

Wajah-wajah polos itu terlihat riang, satu persatu sibuk memperkenalkan dirinya. Ini kali pertama saya bertemu mereka..ya, baru sepersekian detik saja, mereka langsung menyambut hangat layaknya bertemu seseorang yang sudah dikenal lama, pintar sekali mereka membuka kunci kebahagiaan saya ^__^
Malu-malu saya pun mulai memperkenalkan diri didepan mereka.

Beberapa dari mereka terlihat kotor, sangat kotor…baju yang kumal, celana dekil dengan tali rapia melingkar di seputar pinggangnya yang kurus, kaki yang penuh lumpur tanpa alas, tangan yang lengket penuh lem..hiks, sedih sekali menyaksikan ini.

Ah ya, ada dua anak dengan kelakuan yang tak biasa berhasil menyedot perhatian saya. Mereka menatap saya dengan pandangan kosong. Tangan kiri mereka disembunyikan dibalik bajunya, kemudian lincah mengangkat bagian baju sekitar leher sampai menutupi hidungnya, dari balik baju mereka terlihat sesuatu menyembul, serupa wadah kecil yang isinya mereka hirup dalam-dalam. Penasaraaan, apa gerangan yang mereka hirup itu???

 #Bersambung :D
karena asrama sebentar lagi dikunci, ceritanya saya tangguhkan dulu ^____^

BASHIRAH, ditengah Terbatasnya Mata Lahir



Bismillaahirrahmaanirraahiim…

Purnama nyaris sempurna, sinarnya benderang bak pelita di pekat malam. Sayup-sayup simfoni malam mulai meredup tak terdengar. Sunyi mengantarkan saya pada sebuah renungan tentang hakikat sebuah kebahagiaan ditengah keterbatasan.

Allah tak pernah pilih kasih terhadap hambaNYA. Semua hal yang Ia ciptakan telah diatur dengan desain paling sempurna, melalui ketelitian yang sedimikian rupa, melewati proses panjang yang sarat hikmah. Siang & malam Ia sibuk mengurusi hambaNYA tanpa kenal lelah.  Hingga terciptalah kita, makhluk  dengan sebaik-baik bentuk. Meski secara kasat mata, dalam pandangan manusia yang serba tak sempurna, nampaklah beberapa sosok dengan kondisi lahiriah yang terbatas.

Beberapa minggu terakhir, berkali-kali Allah pertemukan saya dengan seorang tunanetra. Di angkot, di perjalanan menuju kampus, di majlis ilmu, dan di tempat kerja.  Setiap kali bertemu mereka, yang pertama kali terbersit adalah rasa iba. Sempitnya saya merasa, betapa tidak nyamannya menyaksikan kehidupan alam yang memiliki berjuta pesona ini hanya dalam satu warna serta kondisi, hitam & gelap.  Betapa menyusahkannya ketika pergi kemana-mana harus membawa tongkat yang menjadi penuntun jalan. Betapa sedihnya saat ia tak mampu melihat lekuk wajah orang-orang yang dicintai & disayanginya.  Ah, sayangnya ketika rasa iba menguasai diri yang terpikirkan justru hanya satu titik saja, kelemahan. Nyatanya, siapa bilang mereka tak pernah bahagia?

***

Setahun lalu ketika saya masih tinggal di asrama, ada sosok luar biasa yang begitu berjasa dalam menyemangati & membentuk diri saya untuk konsisten berdekatan dengan Al-Qur’an. Beliau dan keluarganya tinggal persis disamping asrama santri. Karena akses kami dengan beliau cukup mudah, tak jarang setiap kali ada masalah atau keperluan yang berhubungan dengan asrama kami konsultasikan kepada beliau. Pun ketika ada beberapa santri yang mengalami kesulitan dalam belajar ,muraja’ah, dan menghafal Qur’an, kami tak segan untuk berbagi dan meminta solusi dari beliau. Sosok sederhana nan penuh semangat  ini tak lain adalah ustadz pembimbing tahfidz saya. Beliau hanya memiliki kemampuan melihat kurang lebih 50%. Kadang ketika berpapasan dengan para santri, ustadz seringkali keliru memanggil nama kami karena penglihatannya yang tidak jelas.

Beliau adalah seorang hafidz, kami seringkali dibuat terkesan oleh sosoknya. Sebelum waktu setor hafalan tiba, biasanya ustadz selalu mengompori kami untuk meningkatkan semangat menghafal dengan kisah2 hikmah ataupun petuah menggunggah yang sungguh kami nantikan setiap pagi.  Ketika tiba giliran menyetor hafalan, dengan sabar ustadz mendengarkan, memperbaiki hafalan yang salah, juga membenarkan makhraj & tajwid yang kurang tepat. Sempurna. Hafalan ustadz sangat kokoh, seakan-akan beliau hafal letak dari huruf ke huruf pada setiap ayat Al-Qur’an. Padahal penglihatannya sangat terbatas. Subhanallaah, ditengah keterbatasan Allah tlah memuliakannya dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an telah menjadikan beliau sosok yang berpembawaan tenang, tajam pikirannya, bijaksana dalam menyikapi masalah, dan peka dalam setiap situasi.

Banyak contoh yang telah memberikan ibrah mendalam dalam diri saya dari seorang tunanetra. Ada Kang Hanan, siswa Aliyah yang buta sejak lahir namun telah beberapa kali menjuarai lomba pidato di pesantren, sekolah, hingga tingkat kabupaten. Ada juga LSM Ummi Maktum Voice, yang menginspirasi orang-orang agar bersegera menginfakkan sebagian rezekinya untuk menyebarkan Al-Qur’an Braille bagi para tunanetra. Dan masih banyak lagi sosok inspirasi dari kalangan mereka yang menyadarkan saya untuk tidak memandang sebelah mata atas kekurangannya.

***

BASHIRAH, kekuatan mata hati, adalah salah satu hadiah yang Allah berikan kepada orang-orang seperti mereka. Kondisi penglihatan yang terbatas mampu membuat mereka lebih peka menyikapi apa yang mereka dengar, lihat, raba dan rasakan. Ia adalah cahaya hati yang benderang, menuntun pemiliknya untuk berjalan sesuai hati nuraninya. Allah Maha Adil, mengangkat sebagian orang dengan kekurangan fisiknya dan menjatuhkan lainnya walaupun berjasad sempurna. Lihatlah bagaimana cara Allah mencukupi rezeki ditengah gelapnya pandangan seorang tunanetra. Bagaimana Allah meninggikan derajat seorang yang terbatas penglihatannya dengan sesuatu yang sangat mulia, Al-Qur’an. 

Kekuatan mata hati menjadi pelitanya. Allah telah menggantikan kebutaan matanya sebagai cahaya dalam pandangan dan pancaran di hati. Sehingga ia dapat melihat dengan mata hati, apa-apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala orang lain. Mereka bahagia hingga tak lagi merasai kekurangan itu.

Lalu bagaimana dengan kita yang telah Allah sempurnakan lahiriahnya? Semoga tak pernah lupa mengurai syukur…karena disanalah sebenarnya kunci setiap kebahagiaan.


Syarifatun Nisa NH

Dalam renungan..

Lembar Cinta untuk Ananda # Pengantar Sederhana..



Bismillaahirrahmaanirraahiim…

Ada rindu yang mengendap setiap kali melihat teduh pandangan seorang anak. Ada cinta yang menyeruak ketika wajah-wajah polos nan pancarkan kejujuran itu tersenyum menyapa. Sesekali asa memainkan naluri keibuan diri, kelak akankah kujumpa permata hatiku? 




Ananda, penyejuk hati bunda..

Tak mengapa, meski saat ini kau masih terlukis sempurna dalam impian. Namun ketahuilah, sejak Allah amanahkan diri ini sebagai seorang wanita, saat itu pula bunda merasa telah dititipi benih yang akan menghuni rahim bunda kelak. Sibiran daging bukti keagungan Allah yang harus terjaga dengan sempurna. Bahkan jauh hari sebelum bunda menyempurnakan separuh agama, kau telah memiliki hak untuk bunda rawat dalam kebaikan.

Anakku, banyak orang bilang..buah tak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya. Mungkin tak keliru jika bunda mengartikan kelak ketaatanmu kepada Allah, kecintaanmu kepada Rasulullaah, komitmenmu terhadap dien Islam, kedekatanmu dengan Al-Qur’an tak akan jauh berbeda dari apa yang tertanam dalam diri bunda sejak saat ini. Baik, setengah-setengah ataukah buruk? Tentu bunda inginkan yang terbaik untukmu, nak…

Ananda, penentram jiwa bunda..

Seorang ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya, yang apabila ia mempersiapkannya dengan baik maka akan terlahirlah generasi-generasi yang hebat buah dari pendidikannya. Lalu bunda tersadar, semua persiapan itu tidaklah instan, semua persiapan itu tidak bisa tercapai tiba-tiba. Perlu proses  panjang yang akhirnya membuat bunda banyak belajar dan memahami makna keutamaan sebuah “madrasah”. Ibarat menanam benih yang baik, agar ia tumbuh subur dan dapat memberi manfaat kelak kepada banyak orang, maka bunda harus mengetahui kapan saat terbaik untuk menyiramnya, pupuk apa saja yang akan menopang tumbuh kembangnya, bagaimana ilmu untuk merawatnya. Bunda harus telaten dan sabar untuk itu. Tak elok rasanya jika bunda inginkan yang terbaik untukmu, tapi bunda sendiri enggan berjuang memantaskan diri di hadapan Allah.

Untuk itu, sekuat tenaga bunda berusaha menempa dan mendidik diri sejak saat ini. Agar kau terbina sejak dini..bahkan sebelum kau terbentuk dan lahir dari rahim bunda, kuharap nanda sudah merasakan indahnya tarbiyah melalui diri bunda..Biidznillaahi ta’ala..

InsyaAllah, besok kita jumpa lagi ya, nanda…ini hanya pengantar sederhana dari banyak lembar impian, harapan dan do’a bunda untukmu..Sepertinya bibimu mulai kesulitan dengan tugasnya, bunda harus bantu bibi dulu.. :)

Bunda bingkis doa terindah untukmu nak,


“Rabby hably minash shaalihiin.” 
Shalih, shalihah, kelak jadilah permata hati bunda yang mencinta & dicintai Allah...




Teruntuk Adinda



Ingin kulukis senja..

Menyinar gradasi jingga di bening mata,

Menghapus gerimis-gerimis di sayu cahaya

Meski resahmu tak jua mereda

Adakah kau maknai adinda?

Untuk satu bilik makna

Hari ini dan seterusnya tak pernah berbeda

Pun ketika kau harus terluka,

Ada asa yang harus kita renda,

Selamanya tanpa jeda..

Di setiap hening masa,

Dalam seruak rasa,.

hati tak pernah sendiri , adinda ..

Ada Allah yang tak pernah tiada,

Menenun  cinta NYA untuk kita,

Menanti yang hina segera berbalut taqwa..

Rindui taubat hamba..

Karena hidup hanyalah tentang DIA



Beriring  ridhaNYA yang menyejuk di jiwa.



(Teruntuk adikku yang jauh dari pelupuk mata, semoga sedikit membasuh lara, meski tak cukup istimewa :) 
      

PANTAI HALOGENIA (Sekilas tentang Pendekatan Multiple Intelligence Semasa SMA)



Semburat warna mentari menyapa pagi dengan ramah, lembut menelusup celah-celah nyiur hijau yang berderet sepanjang tepian pantai. Pagi ini penduduk sekitar Pantai Halogenia nampak lebih sibuk dari biasanya. Sekumpulan anak-anak nelayan berlari-lari dengan riang, satu sama lain saling berkejaran menuju deburan ombak, menciduk airnya kedalam ember dan cepat-cepat membasahi gundukan pasir kering yang terletak agak jauh di pesisir pantai. Sebagian temannya yang lain tengah sibuk membentuk padatan pasir basah dengan cetakan-cetakan sederhana yang unik, membangun istana impian mereka.

Sementara itu tak jauh dari pantai, di sebuah gubuk sederhana, Nenek Halida terlihat sangat bersemangat memasukkan Kristal-kristal garam hasil panen siang kemarin kedalam bungkus-bungkus plastik kecil. Sesekali ia meneriaki cucu-cucunya Fluor, Clor, Brom dan Iod yang tengah bermain air laut untuk berhati-hati.

Pantai Halogenia yang eksotis semakin ramai dengan kunjungan para wisatawan yang hendak berlibur menikmati panorama indah yang menarik hati …


Pantai Halogenia? Memang ada ya? Dimana, dimana?

Hehe, teman-teman cari di peta mana pun, InsyaAllah saya yakin tidak akan menemukannya :D

Prolog diatas adalah sekilas cuplikan sebuah naskah, dan Pantai Halogenia adalah hasil imajinasi kami semasa belajar di kelas 3 SMA.

***

Berawal dari keresahan seorang guru kimia ketika mendapati nilai ulangan kimia kami  tidak juga menunjukkan kemajuan yang signifikan, padahal kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional. Saat itu guru kimia kami sempat menanyakan dan mengevaluasi bersama mengapa hal itu bisa terjadi, dan salah satu penyebabnya adalah kebanyakan dari kami merasa jenuh dengan metode belajar klasik yang kami dapati di hampir semua mata pelajaran. Hingga muncullah ide cemerlang dari beliau yang membuat kami bingung cukup lama (hehe, aslinya sih saya yang bingung :D)

Waktu itu guru kami langsung membagi siswa-siswi yang ada di kelas menjadi beberapa kelompok dan memberi nama kelompok sesuai dengan judul BAB yang harus depelajari. Pikir kami, paling juga kami disuruh buat power point lagi, lalu mempresentasikannya di depan kelas. Tapi ternyata semua prasangka kami salaah besar.

Tak lama dari itu Pak Hadyan (guru kimia) menjelaskan tugas yang harus kami kerjakan yaitu menyajikan materi kimia dengan bermain drama. Sontak kami kaget, kelas tiba-tiba ramai..bagaimana bisa? Ini pelajaran kimia atau kesenian? Kemudian Pak Hadyan segera menenangkan kami dengan menyampaikan beberapa poin yang dapat kami lakukan untuk memulai proses pengerjaan tugas. Prinsipnya sebenarnya sama saja dengan presentasi, sebelum menyajikan kami harus mendalami materi terlebih dahulu, hanya perbedaannya sajian dibuat lebih kreatif melalui drama dan power point yang biasa dibuat berubah menjadi bentuk naskah.

Sebelum menyusun naskah, anggota kelompok yang pintar di pelajaran kimia mau tidak mau harus memahami lebih dulu sebelum membagi ilmu yang ia fahami kepada anggota kelompok lain, kemudian kami berdiskusi untuk menyamakan persepsi agar tidak salah menyampaikan materi dalam drama.

Setelah materi kami fahami, waktunya para penyusun naskah ambil bagian. Bermunculanlah ide kreatif dari semua anggota kelompok tentang drama yang akan dimainkan, mulai dari setting tempat, alur cerita, penokohan, sampai ide2 jenaka sebagai bumbu dalam drama. Kebetulan saat itu kelompok saya kebagian BAB tentang HALOGEN. Karena halogen adalah unsure pembentuk garam dan biasanya pembentukan garam identik terjadi di laut, akhirnya tercetuslah PANTAI HALOGENIA menjadi latar tempat dalam drama kami.

Awalnya cukup kesulitan juga ketika materi kimia yang biasa disampaikan dalam bahasa formal harus diolah kedalam bahasa naskah yang  harus mudah difahami oleh penonton. Tapi alhamdulillaah, mungkin karena baru kali itu kami merasakan belajar kimia dengan enjoy, tanpa dipusingkan dengan rumus2 yang njelimet, lalu mengalirlah inspirasi-inspirasi kami.

Untuk memudahkan dalam menyampaikan materi, kami membuat tokoh2 dalam drama berperan langsung sebagai unsure-unsure halogen dan unsure lain sebagai pereaksi. Agar kesannya tidak menggurui, kami menyampaikan sifat masing-masing unsure dengan candaan anak-anak nelayan yang sedang bermain di pantai. Salah satu contoh ketika menerangkan kereaktifan unsure2 halogen, kami mengemasnya menjadi bentuk permainan oray-orayan (saya kurang tau bahasa Indonesianya oray-orayan apa, ular-ularan gitu ya? -__-“) dimana setiap anak-anak yang memerankan tokoh Fluor (Fluorin), Clor (Clorin), Brom (Bromin), Iod (Iodin), dan Asti (Astatin) disusun berurutan sesuai dengan kereaktifan paling tinggi berdiri di depan, menyusul unsure-unsure dengan kereaktifan lebih rendah di belakangnya.

Uniknya, teman-teman yang mengaku kurang ngeuh dengan pelajaran kimia justru terlihat sangat menikmati perannya. Karena, saat itu proses belajar tidak semata terpaku pada kemampuan kognitif yang terkesan menganaktirikan teman-teman yang memiliki potensi dan kecerdasan di aspek lain. Ada teman saya yang sangat suka menari, dan ia pun mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan memunculkan ide tarian anak-anak sebelum bermain pasir (bahkan lagu pengiringnya pun masih terekam jelas dalam ingatan saya, lagu milik penyanyi cilik Eno Lerian DuDiDuDiDam). Ada juga yang kecerdasannya muncul di musical, sibuk memilih musik-musik yang tepat untuk meramaikan drama.

Walaupun begitu kami tetap memahami esensi dari materi kimia yang harus kami sajikan, karena kami sadari selain memahamkan diri sendiri kami juga harus memahamkan isi materi kelompok kami kepada siswa lain. Satu hal yang menyenangkan bahwa kami dapat  memahami dan menyampaikan materi yang terbilang sulit dengan gaya belajar kami sendiri, sesuai kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Cukup adil bukan?

***

Selama proses mendalami materi, penyusunan naskah, hingga pagelaran drama itulah yang selalu saya ingat sampai sekarang. Bagi saya drama kimia ini merupakan metode belajar yang paling mengesankan selama belajar di bangku sekolah. Pak Hadyan telah berhasil menstimulus kami untuk mempelajari kimia dengan kemasan yang terbilang aneh saat itu, hingga saya melihat teman-teman saya sangat maksimal memunculkan masing-masing potensi yang dimilikinya. Kami bisa dengan bebas mengeksplorasi kemampuan dan mengembangkan sayap-sayap imajinasi kami untuk dituangkan dalam drama kimia.

Sederhananya saya menyimpulkan bahwa seperti inilah salah satu potret penerapan strategy belajar dengan pendekatan Multiple Intelligence yang tengah marak dibahas di kalangan para pendidik. Dimana guru mampu membangunkan dan menarik keluar semua potensi yang terpendam dalam diri siswa didik dengan tidak memandang sebelah mata kecerdasan siswa lain yang mungkin dalam ukuran penilaia kognitifnya kurang, sehingga siswa merasa dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Jujur saya masih sangaaattt sedikit pengalamannya di dunia pendidikan, masih harus banyak belajar. Hanya ingin berbagi pengalaman dan semoga apa yang telah didapat dari guru saya ini bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru lainnya untuk lebih melejitkan kreativitasnya dalam mendidik siswa.

Terakhir saya ucapkan banyak terimakasih kepada guru-guru kehidupan yang telah sabar mendidik saya hingga saat ini. Semoga Alloh karuniakan balasan atas setiap ilmu yang diberikan dengan limpahan nikmat yang jauh lebih sempurna disisiNYA. Aamiin Yaa Rabb

Syarifatun Nisa NH
Penghujung Pagi, 150812



Rubel Sahaja #1

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
"Ada banyak cara untuk menciptakan kebahagiaan dalam diri kita, salah satunya adalah dengan berbagi kebahagiaan itu sendiri kepada sesama."
Sekitar sebulan lalu saya mendapat kabar gembira dari The Ney dan kawan2 tentang tembusnya proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mereka gagas ke meja Dikti. Program Funtahsin Al-Qur’an untuk Anak-anak Jalanan Pasar Ciroyom yang bertujuan untuk membangun pendidikan karakter berbasis agama tersebut mendapat sambutan yang sangat positif dari pihak Dikti. Program inilah yang menjadi gerbang awal pertemuan kami dengan mereka, penguat rasa syukur kami.

Ahad sore menjelang ashar, alhamdulillaah terasa begitu berenergi sekali..selepas bertugas di SMM, saya langsung bersiap-siap untuk pergi ke Ciroyom. Seharusnya sudah dari 4 pekan lalu saya pergi ke tempat itu, namun karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan di pesantren, keinginan untuk pergi kesana pun saya tabung dulu berminggu-minggu.

Angkot putih berpolet kuning yang saya tumpangi pun melaju dengan cepat. Sesampainya di pasar Ciroyom, bau menyengat khas pasar tradisional menyerbu indera penciuman saya. Jalanan becek, rutinitas pasar terlihat mulai berkurang, di sudut lain, aktivitas sekitar stasiun Ciroyom nampak masih ramai. Berbekal peta sederhana dari seorang sahabat saya pun memberanikan diri menyusuri sekitar pasar, melewati terminal kecil menuju sebuah bangunan bertingkat dekat tower yang menjadi patokan. Alhamdulillaah, akhirnya saya sampai di atap teratas pasar. Angin sepoi-sepoi terasa sangat menyejukkan, dan tiba-tiba saja saya dikerubuti sekelompok anak yang berebut menyalami saya.

 “Assalamu’alaikum, kaa, “

 “Jajang, kaa”

 “Nur, kaa”

“Evita..”

“Saya ian ka”

Wajah-wajah polos itu terlihat riang, satu persatu sibuk memperkenalkan dirinya. Ini kali pertama saya bertemu mereka..ya, baru sepersekian detik saja, mereka langsung menyambut hangat layaknya bertemu seseorang yang sudah dikenal lama, pintar sekali mereka membuka kunci kebahagiaan saya ^__^
Malu-malu saya pun mulai memperkenalkan diri didepan mereka.

Beberapa dari mereka terlihat kotor, sangat kotor…baju yang kumal, celana dekil dengan tali rapia melingkar di seputar pinggangnya yang kurus, kaki yang penuh lumpur tanpa alas, tangan yang lengket penuh lem..hiks, sedih sekali menyaksikan ini.

Ah ya, ada dua anak dengan kelakuan yang tak biasa berhasil menyedot perhatian saya. Mereka menatap saya dengan pandangan kosong. Tangan kiri mereka disembunyikan dibalik bajunya, kemudian lincah mengangkat bagian baju sekitar leher sampai menutupi hidungnya, dari balik baju mereka terlihat sesuatu menyembul, serupa wadah kecil yang isinya mereka hirup dalam-dalam. Penasaraaan, apa gerangan yang mereka hirup itu???

 #Bersambung :D
karena asrama sebentar lagi dikunci, ceritanya saya tangguhkan dulu ^____^