Senin, 28 September 2009

Hikmah Selalu Ada

Apabila kau melihat segalanya dariNya,
Yang Maha Pencipta.Yang menimpakan ujian.
Yang menjadikan sakit, yang membuat keinginan terhalang serta menyusahkan hidup. . .
Apakah Alloh menakdirkan segala'y sia-sia???
Bukan Alloh tak tahu deritanya hidupmu, retaknya hatimu. . .
Itulah yg Dia inginkan,karena Dia tahu. . .
Hati begitulah yg selalu lunak dan mudah untuk dekat,
Akrab dengan-Nya.
Bukankah sering hati terasa amat keras dan sukar mengalirkan air mata???
Bersyukurlah......
Bukan jalanmu tertutup.
Hanya, jalanmu dipayahkan olehNya.
Mungkin dg cara itu kamu lebih dekat denganNya...
Atau, yakinlah Alloh senantiasa menghendaki kebaikan bagi hamba-hambaNya.
Tabahlah, wahai hati.
Rasakanlah kebahagiaan lain terasa begitu indah.
Melebihi kebahagiaan ketika hatipun merasa begitu!
Yaitu kebahagiaan kesempatan bersimpuh dan memohon lebih besar.......
Dalam hidup, terkadang lebih banyak mendapat apa yg diinginkan,
Akhirnya tahu bahwa yg diinginkan,
terkadang tidak membuat hidup menjadi bahagia.
Hanya Alloh yg Maha Mengerti....

-Sumber : Novel "Sujud Nisa d Kaki Tahajud Subuh"

Kamis, 24 September 2009

Jalan Cinta Para Pejuang

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki, walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Salim A. Fillah

Rabu, 23 September 2009

Menakar Kejujuran

“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari ke kedai saya supaya saya dapat mengembalikan uang selebihnya kepada Anda, “ kata Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku merasa senang dan beruntung dengan harga 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.”

----------

Suatu hari seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan melaksanakan shalat. Saat itu datanglah seorang Badui yang hendak membeli perhiasan di kedai tersebut. Maka terjadilah jual beli di antara Badui dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya 400 dirham. Saudara Yunus menunjukkan barang yang sebetulnya harganya 200 dirham. Barang tersebut dibeli oleh Badui tadi tanpa diminta mengurangkan harganya.

Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Yunus bin Ubaid. Yunus lalu bertanya kepada si Badui yang membawa perhiasan yang dibeli dari kedainya. Sementara dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Yunus bertanya kepada Badui itu, “Berapakah harga barang ini kamu beli?”

Badui menjawab, “Empat ratus dirham.”

“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari ke kedai saya supaya saya dapat mengembalikan uang selebihnya kepada Anda, “ kata Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku merasa senang dan beruntung dengan harga 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.”

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mau melepaskan Badui itu pergi. Didesaknya juga agar Badui itu kembali ke kedainya dan bila tiba dikembalikan uang lebih kepada Badui itu. Setelah Badui pergi, berkatalah Yunus pada saudaranya, “Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?”

“Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham.” Saudaranya mencoba mempertahankan bahwa dialah yang benar.

Yunus berkata, “Ya, tapi di atas kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri.”

***

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram karena tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalamhal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas, dan membagi rezeki, dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kata menuntut aku lantaran menzalimi jiwa atau harga.” (Diriwayatkan lima imam kecuali Nasa’i)

[Sabili]

Hikmah Selalu Ada

Apabila kau melihat segalanya dariNya,
Yang Maha Pencipta.Yang menimpakan ujian.
Yang menjadikan sakit, yang membuat keinginan terhalang serta menyusahkan hidup. . .
Apakah Alloh menakdirkan segala'y sia-sia???
Bukan Alloh tak tahu deritanya hidupmu, retaknya hatimu. . .
Itulah yg Dia inginkan,karena Dia tahu. . .
Hati begitulah yg selalu lunak dan mudah untuk dekat,
Akrab dengan-Nya.
Bukankah sering hati terasa amat keras dan sukar mengalirkan air mata???
Bersyukurlah......
Bukan jalanmu tertutup.
Hanya, jalanmu dipayahkan olehNya.
Mungkin dg cara itu kamu lebih dekat denganNya...
Atau, yakinlah Alloh senantiasa menghendaki kebaikan bagi hamba-hambaNya.
Tabahlah, wahai hati.
Rasakanlah kebahagiaan lain terasa begitu indah.
Melebihi kebahagiaan ketika hatipun merasa begitu!
Yaitu kebahagiaan kesempatan bersimpuh dan memohon lebih besar.......
Dalam hidup, terkadang lebih banyak mendapat apa yg diinginkan,
Akhirnya tahu bahwa yg diinginkan,
terkadang tidak membuat hidup menjadi bahagia.
Hanya Alloh yg Maha Mengerti....

-Sumber : Novel "Sujud Nisa d Kaki Tahajud Subuh"

Jalan Cinta Para Pejuang

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki, walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Salim A. Fillah

Menakar Kejujuran

“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari ke kedai saya supaya saya dapat mengembalikan uang selebihnya kepada Anda, “ kata Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku merasa senang dan beruntung dengan harga 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.”

----------

Suatu hari seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan melaksanakan shalat. Saat itu datanglah seorang Badui yang hendak membeli perhiasan di kedai tersebut. Maka terjadilah jual beli di antara Badui dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya 400 dirham. Saudara Yunus menunjukkan barang yang sebetulnya harganya 200 dirham. Barang tersebut dibeli oleh Badui tadi tanpa diminta mengurangkan harganya.

Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Yunus bin Ubaid. Yunus lalu bertanya kepada si Badui yang membawa perhiasan yang dibeli dari kedainya. Sementara dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Yunus bertanya kepada Badui itu, “Berapakah harga barang ini kamu beli?”

Badui menjawab, “Empat ratus dirham.”

“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari ke kedai saya supaya saya dapat mengembalikan uang selebihnya kepada Anda, “ kata Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku merasa senang dan beruntung dengan harga 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.”

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mau melepaskan Badui itu pergi. Didesaknya juga agar Badui itu kembali ke kedainya dan bila tiba dikembalikan uang lebih kepada Badui itu. Setelah Badui pergi, berkatalah Yunus pada saudaranya, “Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?”

“Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham.” Saudaranya mencoba mempertahankan bahwa dialah yang benar.

Yunus berkata, “Ya, tapi di atas kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri.”

***

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram karena tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalamhal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas, dan membagi rezeki, dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kata menuntut aku lantaran menzalimi jiwa atau harga.” (Diriwayatkan lima imam kecuali Nasa’i)

[Sabili]