Minggu, 20 Februari 2011

Mempersiapkan Masalah

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Hari ini, benar-benar ingin menjauh dari segala pernak-pernik yang berhubungan dengan kuliah. Saat ini saja..untuk merefleksikan hati dan bercengkrama dengan masalah..(efek UAS PTI kemarin sepertinya.. :D). Eit, tenang dulu sahabat...tak akan kubuat tulisan ini sia-sia, Insya Alloh..

Sebelum masuk ke topik inti (halaah... -_-“ ). Yuk kita kendurkan dulu ketegangan yang menghimpit kita dengan istighfar..sudah?! baiklah, tulisan ini hanya boleh dibaca oleh pihak-pihak yang mencintai senyum..hehe, ^^

Sahabat, pernahkah kita mempersiapkan sebuah masalah?
(lho ko masalah dipersiapkan? bukannya kita harus memberantas si masalah itu biar hati kita tenang?)

Oh,tidak bissa..!! maksudnya gini lho sahabatku, saya bantu dengan ilustrasi ya..

Misalkan, saya membayangkan kalau suatu hari nanti Alloh mengundang saya untuk berkunjung ke Baitulloh (Amiin Yaa Robb..) dengan rizki yang tidak diduga-duga. Tentunya pada saat itu saya akan sangat bersyukur, dan tanpa tedeng aling-aling langsung menerima undangan itu. Saya pun mulai membayangkan perjalanan indah saya ketika menaiki pesawat dengan jama’ah lain. Tapi tiba-tiba saya ingat kalau saya takut akan ketinggian!! (bukankah ini masalah?). Jelas saya tidak ingin membatalkan perjalanan ibadah yang sungguh sudah saya rindukan sejak lama hanya karena phobia ketinggian. Seketika itu otak saya pun mulai beraksi mencari solusi, membuat peta yang dapat mengantarkan saya menuju pintu keluar dari masalah itu. Pokoknya saya harus jadi pergi! Dan..taraaaaa, lampu ide pun menyala :D setelah mencoba mempelajari masalah, dan menyesuaikannya dengan kondisi yang ada, akhirnya saya menemukan jalan keluarnya yaitu saya tidak boleh duduk tepat disamping jendela pesawat. Yap, alhamdulillah masalah ini selesai dan solusi pun didapat.

Nah, sekarang sudah terbayang bukan apa itu “mempersiapkan masalah”?

Ya, terkadang ketika sedang merencanakan sesuatu seringkali kita tertahan oleh masalah-masalah yang kita bayangkan sendiri. Padahal masalah-masalah itu belum tentu terjadi, hanya saja seringkali kita ditakuti oleh ketidaksiapan kita dalam menghadapi masalah di kemudian hari. Tapi bersyukurlah sahabatku, disadari atau tidak saat sedang membayangkan sebuah masalah..hati dan pikiran kita secara spontan akan mencari jalan keluar sebagai langkah antisipasi. Betul?

Dalam sebuah buku, saya menemukan sebuah kalimat hikmah yang menggugah semangat saya. Begini bunyinya..

”Masalah adalah kesempatan untuk beristirahat, lalu bangkit dan berubah.”


Awalnya saya bingung kenapa harus dikatakan kesempatan untuk beristirahat? setelah saya renungi, ternyata memang benar..jika kita mampu menghadapi masalah dengan bijak, maka ia akan mengantarkan kita menuju sebuah pencerahan, menyingkap kabut yang menghalangi kemudahan..agar sadar kemana kita harus bersandar, mentafakuri kelemahan diri dan mengakui kebesaran Alloh Robbul Izzati yang menjanjikan jalan keluar dari setiap ujian masalah kita. Ujian adalah tarbiyah dari Alloh, apakah kita kan sabar ataupun sebaliknya.. (The Zikr)

“Kini, dengan yakin kukatakan..masalah itu nikmat!!dengannya kutelusuri kesalahan-kesalahan yang ada dalam diri ini, karenanya aku pun semakin mendekatkan diri pada Alloh..sungguh nikmat yang luar biasa.”


Selamat merangkum hikmah sahabat....semoga catatan yang sangat sederhana ini bermanfaat. Afwan, jika ada kata yang sia-sia..

Baiklah..masih dalam keadaan tersenyum ya, saya akhiri tulisan ini dengan sebuah do’a..

“Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Israa : 80)


Amiin Yaa Robbal ‘alamiin..

Barokallohu fiikum..^^

(Untukmu Saniku, Alloh tak pernah membatasi nikmat yang ia berikan untuk kita. Semangat ya.. \^_^/
Untukmu adikku, Azka..hikmah itu terhampar luas dan kaulah penentunya, akan disimpan dengan iman atau dibiarkan terserak begitu saja. Dari Ummi, abi dan dirimu, kutemukan sejatinya perjuangan.. \^_^/ )

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)

Mempersiapkan Masalah

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Hari ini, benar-benar ingin menjauh dari segala pernak-pernik yang berhubungan dengan kuliah. Saat ini saja..untuk merefleksikan hati dan bercengkrama dengan masalah..(efek UAS PTI kemarin sepertinya.. :D). Eit, tenang dulu sahabat...tak akan kubuat tulisan ini sia-sia, Insya Alloh..

Sebelum masuk ke topik inti (halaah... -_-“ ). Yuk kita kendurkan dulu ketegangan yang menghimpit kita dengan istighfar..sudah?! baiklah, tulisan ini hanya boleh dibaca oleh pihak-pihak yang mencintai senyum..hehe, ^^

Sahabat, pernahkah kita mempersiapkan sebuah masalah?
(lho ko masalah dipersiapkan? bukannya kita harus memberantas si masalah itu biar hati kita tenang?)

Oh,tidak bissa..!! maksudnya gini lho sahabatku, saya bantu dengan ilustrasi ya..

Misalkan, saya membayangkan kalau suatu hari nanti Alloh mengundang saya untuk berkunjung ke Baitulloh (Amiin Yaa Robb..) dengan rizki yang tidak diduga-duga. Tentunya pada saat itu saya akan sangat bersyukur, dan tanpa tedeng aling-aling langsung menerima undangan itu. Saya pun mulai membayangkan perjalanan indah saya ketika menaiki pesawat dengan jama’ah lain. Tapi tiba-tiba saya ingat kalau saya takut akan ketinggian!! (bukankah ini masalah?). Jelas saya tidak ingin membatalkan perjalanan ibadah yang sungguh sudah saya rindukan sejak lama hanya karena phobia ketinggian. Seketika itu otak saya pun mulai beraksi mencari solusi, membuat peta yang dapat mengantarkan saya menuju pintu keluar dari masalah itu. Pokoknya saya harus jadi pergi! Dan..taraaaaa, lampu ide pun menyala :D setelah mencoba mempelajari masalah, dan menyesuaikannya dengan kondisi yang ada, akhirnya saya menemukan jalan keluarnya yaitu saya tidak boleh duduk tepat disamping jendela pesawat. Yap, alhamdulillah masalah ini selesai dan solusi pun didapat.

Nah, sekarang sudah terbayang bukan apa itu “mempersiapkan masalah”?

Ya, terkadang ketika sedang merencanakan sesuatu seringkali kita tertahan oleh masalah-masalah yang kita bayangkan sendiri. Padahal masalah-masalah itu belum tentu terjadi, hanya saja seringkali kita ditakuti oleh ketidaksiapan kita dalam menghadapi masalah di kemudian hari. Tapi bersyukurlah sahabatku, disadari atau tidak saat sedang membayangkan sebuah masalah..hati dan pikiran kita secara spontan akan mencari jalan keluar sebagai langkah antisipasi. Betul?

Dalam sebuah buku, saya menemukan sebuah kalimat hikmah yang menggugah semangat saya. Begini bunyinya..

”Masalah adalah kesempatan untuk beristirahat, lalu bangkit dan berubah.”


Awalnya saya bingung kenapa harus dikatakan kesempatan untuk beristirahat? setelah saya renungi, ternyata memang benar..jika kita mampu menghadapi masalah dengan bijak, maka ia akan mengantarkan kita menuju sebuah pencerahan, menyingkap kabut yang menghalangi kemudahan..agar sadar kemana kita harus bersandar, mentafakuri kelemahan diri dan mengakui kebesaran Alloh Robbul Izzati yang menjanjikan jalan keluar dari setiap ujian masalah kita. Ujian adalah tarbiyah dari Alloh, apakah kita kan sabar ataupun sebaliknya.. (The Zikr)

“Kini, dengan yakin kukatakan..masalah itu nikmat!!dengannya kutelusuri kesalahan-kesalahan yang ada dalam diri ini, karenanya aku pun semakin mendekatkan diri pada Alloh..sungguh nikmat yang luar biasa.”


Selamat merangkum hikmah sahabat....semoga catatan yang sangat sederhana ini bermanfaat. Afwan, jika ada kata yang sia-sia..

Baiklah..masih dalam keadaan tersenyum ya, saya akhiri tulisan ini dengan sebuah do’a..

“Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Israa : 80)


Amiin Yaa Robbal ‘alamiin..

Barokallohu fiikum..^^

(Untukmu Saniku, Alloh tak pernah membatasi nikmat yang ia berikan untuk kita. Semangat ya.. \^_^/
Untukmu adikku, Azka..hikmah itu terhampar luas dan kaulah penentunya, akan disimpan dengan iman atau dibiarkan terserak begitu saja. Dari Ummi, abi dan dirimu, kutemukan sejatinya perjuangan.. \^_^/ )

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)