Kamis, 08 Desember 2011

SEBENTUK KOMITMEN

Ini bukanlah hari menyejarah, bahkan masih terlalu jauh jika yang dimaksud adalah hari kelahiran..Ntah kenapa, sudah beberapa pekan perhatianku ditarik paksa menuju angka 19. Jika bukan karena tayangan itu, mungkin aku tak akan semerinding ini. Aku dibuat malu, menyaksikan sekumpulan kecil itu..riang sekali, teduh wajahnya mengalihkan semua penat yang sempat bertengger menyesakkan saraf. Aku larut dalam kisah mereka yang tak kasat mata, namun memancarkan bermilyar cahaya… Laksana buah utrujjah yang sangat harum aromanya, indah warnanya dan manis rasanya..mereka luar biasa melebihi yang lain.

Jika hidup ini diibaratkan sebuah perjalanan, seharusnya dalam hitungan tahun ke-19 aku telah menempuh jarak yang sangat jauh, maka anggaplah aku sempat merasa kelelahan mengayun langkah hingga suatu waktu ditengah perjalanan aku menemukan sebuah pohon yang sangat rindang memayungi sekelilingnya dan aku pun tak mampu mengelak untuk berteduh dibawahnya sembari menenangkan diri dan mempersiapkan kembali bekal perjalanan selanjutnya. Maka pohon yang menyejukkan itu adalah mereka…

Lekat kuikuti kembali kisah mereka di layar, lalu aku mulai membandingkan 19 itu dengan angka-angka yang mereka miliki, ada 5, 6, 7, 11, 15..selisih yang cukup jauh bukan? Angkaku jelas lebih tinggi dari mereka. Namun, dalam seketika aku pun terpekur memaknai hal itu, usiaku tepaut jauh dari mereka tapi prestasi mulia yang mereka raih jauh melampauiku. MasyaAlloh, kurasakan butir-butir itu mengalir. Al-Qur’an yang membuat mereka begitu bercahaya dalam pandanganku. Aku malu pada sosok-sosok suci itu, mereka telah mampu menghafal, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam usia dini yang penuh keimanan. Bagaimana tidak tergetar hatiku melihat kenyataan ini?

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal sholih bahwa bagi mereka adalah pahala yang besar.” (Al-Isro’ [17] : 9)


Aku kecipratan kabar gembira yang tertoreh dalam Al-Qur’an dari mukmin-mukmin kecil itu, sahabat... Betapa bahagianya…istirahatku akhirnya membuahkan bekal.

Sedikit mendekati penghujung ke-19 yang tak lama lagi meningkat, aku akan melanjutkan perjalanan. Teriring do’a dari mereka yang tak lelah membimbing dan menyemangati, semoga istiqomah dan mampu menjadi sahabat Al-Qur’an. Perjalanan ini adalah sebentuk komitmen yang tak bisa ditawar lagi, dengan memohon selalu pertolongan dan rahmat Alloh, semoga angka2 bertingkat itu tak sekedar menjadi penghias usia..hingga pergantiannya selalu beriringan dengan nafas-nafas Al-Qur’an yang mendampingi perjalananku, hingga kutemui ridhoNya..

“Lihat dan renungkan,setiap orang yg bertekad akan sampai tujuan.
Dan tujuan yang paling mulia adalah menghafal Alquran sekalipun dapat di abaikan..
Jika engkau berniat,bergegaslah....
Jika engkau bertekad maka bulatkan,dan ketahuilah bahwa orang yang rela di barisan akhir tidak akan menemukan kebahagiaan....
Wahai yang bercita-cita tinggi untuk menghafal Al-Qur'an,
ruhmu merindukan keutamaan,semangatmu terpancar untuk melampaui perkebunan indah ini,agar engkau bisa memetik buah dan bunganya......
sekarang,sekarang saatnya engkau bergerak merapat menuju mushafmu.....menambah dan mengingat hafalan mu!!!”
(Ustadz Suhud)


"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?."

Jumat, 28 Oktober 2011

menunggu, merindu, berjaga, berdo'a


Di suatu tempat,
ntah dimana
di dunia..
Seseorang menunggumu
berdo'a..
seperti do'a yang biasa engkau ucapkan
sehabis sholat

Pada suatu saat,
ntah apabila
di dunia..
seseorang merindukanmu,
berjaga-jaga,
seperti malam-malammu
yg berlalu sangat lambat

Seseorang menunggu, merindu, berjaga dan berdo'a
di suatu tempat,
pada setiap
seperti engkau
selalu..


(Sumber : Ajip Rosidi)

Rabu, 13 Juli 2011

Bersabarlah Wahai Putri Ummi..

Ketika bunga itu telah mekar, maka ia akan menebarkan harumnya. Memberikan kesejukan bagi yang memandangnya, memberikan rasa tenang untuk sekelilingnya, menebarkan keindahan yang menyenangkan, bahkan anginpun selalu menyapanya dengan penuh kelembutan, serta matahari turut memberikan sinaran kehidupan yang selalu menggelorakan.


Pada saatnya nanti akan ada seorang yang akan mendatanginya, dengan membawa maksud untuk melindunginya. Tenanglah duhai putri ummi, pada waktunya nanti, pahlawanmu akan datang menjemput dengan penuh keridhoan dari Rabb-Nya.



Maka, tidak perlu ada keresahan ataupun rasa was-was untuk sebuah penantian. Karena semua telah ada yang mengurusnya. Pada waktunya kelak, akan ada sebuah moment indah yang tiada pernah terbayang.



Tak perlu keresahan itu menghantui, tak perlu kegelisahan menggelayuti. Asalkan kau terus berjalan dan memelihara hatimu sesuai yang disyariatkan oleh Tuhan-Mu wahai permata hati keluarga.



Rabb-Mu bahkan telah menakdirkan sosok belahan jiwamu ketika ruh mu baru saja ditiupkan dalam rahim ibu. Hanya do'a yang bisa memenuhi harapanmu, karena Allah pasti akan selalu merengkuh segala pengharapan-Mu pada-Nya. Hanya senandung do'amu lah yang bisa mengubah takdir yang buruk menjadi takdir indah.



Ketahuilah , janji Allah tiada pernah ingkar. Bahwa ketika engkau menjadi muslimah yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, lalu di hatimu hanya ada kecintaan kepada yang Maha memiliki cinta. Maka, yang akan menjemputmu kelak adalah hamba yang juga hatinya dipenuhi ketaqwaan, seorang hamba yang jiwanya selalu dekat dengan Rabb nya.



Kini, yang perlu kau lakukan adalah berkaca pada air mata kehidupan yang bening. Sudahkah engkau menjaga hati-Mu, wahai putri abi? Sudahkah kau junjung tinggi harkat dan martabatmu sebagai wanita yang kelak akan melahirkan penerus agama? Sudahkan engkau mulai mendo'akan segala kebaikan bagi permata hati yang kelak lahir dari rahimmu? Sudahkan engkau tersadar bahwa begitu banyak hal yang masih perlu kau renungi dan engkau persiapkan dalam masa penantian?



Berdamailah dengan jiwamu wahai perhiasan dunia, bahwa penantian adalah sebuah hadiah suci dari Rabb-Mu, penantian adalah sebuah keindahan dalam kehidupan, dan penantian adalah sebuah pendidikan langsung dari Yang Maha Memiliki Hati. Sebab kelak engkau akan menjadi samudra kehidupan bagi anak-anakmu. Penyejuk hati bagi Pendamping-Mu, penguat hati bagi belahan jiwamu, . Serta rahmat bagi sekeliling-Mu.



Ketika dalam setiap helaan nafasmu telah dipenuhi dengan kepasrahan kepada Rabb-Mu, maka tak perlu lagi kecemasan dan kekhawatiran akan sosok yang kelak menjadi pasanganmu. Kerana Allah Maha Mengetahui sedang dirimu tiada mengetahui apapun. Bahkan segala yang masih menjadi rahasia Allah, akan menjadi sebuah kejutan yang mengharukan batin bagimu.



Ketika dengan sepenuh jiwa dan raga kau berjuang menjaga diri dari segala kehinaan. Tak perlu kau dirundung pilu. Kerana Allah telah menyiapkan seorang hamba yang kelak dengan sepenuh jiwa dan raganya menjagamu, membimbingmu dalam menggapai ridho ilahi, dan mencintaimu karena Allah.



Maka, buatlah bidadari surga cemburu padamu, cemburu akan keteguhan menjaga harga diri muslimah, cemburu akan ketaatanmu kepada Allah, cemburu akan pesona yang engkau tebarkan untuk makhluk semesta, cemburu akan cinta dan kasih sayangmu yang sedalam dan seluas samudra, dan kesabaranmu dalam penantian… Kerana engkaupun pasti bisa menjadi bidadari dunia akhirat yang penuh dengan anugrah cinta dari Allah. Percayalah….=)


* renungan dalam "taman kebaikan", semoga bermanfaat dunia akhirat, amin ya Rabb..


**Kiriman dari ukhty dear, Mahshuna...


"Apa yang kau takutkan untuk sebuah pernikahan ukhti? sementara Allah dan RasulNya tlh memberikan banyak kebaikan didalamnya.. :)" tak lama setelah kiriman itu..ia, sahabatku, menanyakannya..

Aku menerawang, meski sedikit sesak kuutarakan,

"Aku khawatir, belum mampu menjadi madrasah terbaik untuk jundi-jundiku kelak. Sejenak ukhti, aku sedang mempersiapkannya dulu untuk amanahku. Tidak usah khawatir, tak ada yang kutakuti darinya. Semoga ia yang mendampingiku nanti tak pernah menyesali kebaradaanku dan selalu meridhai aku sebagai ibu dari jundi-jundinya :)
do'akan aku :)"

Jumat, 01 Juli 2011

Tak Semua Rasa Bisa Ia Lisankan

Nyaman, setiap kali melihatnya dengan wajah ceria sekalipun aku tau tak banyak waktu yang ia gunakan untuk sekedar merebah lelah. Ia..dua tahun diatasku, wajahnya sederhana pun penampilannya. Sayang..ia sama sekali tak bisa membuatku sedikit saja membuang senyum, meski hanya sekedar berpapasan dengannya ^___^
Pagi itu, setelah beberapa lama bejibaku dengan tugas kuliah dan tuntutan kerja masing2, kami bertemu, lagi.. pandangannya lekat kearahku, namun sedikit sekali kulihat senyumnya.
"Ada apa?" heranku terucap, sambil sesekali melirik pakaian dan merapihkan jilbab, khawatir ada yang membuatnya tak nyaman dengan penampilanku saat itu.
"Tidak ada, " singkat.
Tak biasanya..
Kugamit lengannya, "Kenapa teteh….teteh kangen nisa ya?" kuajak ia tersenyum.
Ia diam, lalu melepas tanganku, sedikit kikuk ia pun menghambur kearahku, lirihnya
"Iyaa nisa, teteh kangen nisa, tapi teteh malu mau bilangnya."
Allah… di titik inilah kurasakan manisnya ukhuwah. Meski tak semua rasa bisa ia lisankan, bahkan untuk mengungkap rindu pada seorang adik pun begitu malu. Ada saatnya memang rasa-rasa itu tak perlu diobral, sekalipun tak diucapkan, keterkaitan hati dengan sendirinya meyampaikan. Alhamdulillah, terimakasih Yaa Rabb..atas rindu yang Kau titipkan padanya, untukku :)

Kamis, 05 Mei 2011

Teruslah Berbuat

Semuanya terasa serba teratur meski dzahirnya terlihat tak tersusun, karena rangkaian cerita yang Alloh tetapkan selalu lebih indah dari yang kurangkai sendiri..selalu mengalir tak terencanakan, mencerminkan bahwa aku hanya mampu berperan sebagai konseptor kesekian setelah keMaha teraturan konsepNya. Dia, Alloh yang Maha Penyayang , tak ingin azzam dan ikhtiarku tertahan diujung pena..hingga dalam prosesnya Alloh yakinkan langkah ini, seakan kudengar titahNya, “Teruslah berbuat, AKU ingin melihat hambaKu berjuang lebih tangguh dari sebelumnya. AKU ingin meridhoi setiap langkahnya, maka jadikan niatmu selalu tertuju padaKU!!”
..Dan kubiarkan diri ini lelah di dunia, karena aku berharap istirahatku kelak bermanja-manja bersama Alloh Al-Lathif dan Rosululloh SAW..
Amiin Yaa Mujib...

Rabu, 13 April 2011

Programmer Menjemput Surga

Ga sengaja, pas lagi searching tugas Algoritma, nemu postingan keren dari blog http://insansains.wordpress.com..ini isinya :)


*----------------------------------------------------------------------*
* PMHG.PRG *
* Program Melewati Hari dengan Gemilang *
* Keterangan : Program membuat diri selamat dunia dan akhirat *
* : Function dan Procedure tidak terlampir *
* Dibuat oleh : Insan Sains *
* Tanggal : 20 Oktober 2008 *
*----------------------------------------------------------------------*

*----------------------------------------------------------------------*
* INISIALISASI VARIABLE DAN KONSTANTA
* Set alarm pada 03:00 am
* Set kalimat pembuka aktifitas dengan basmallah
* Set kalimat penutup dengan hamdalah
* Dapatkan variable lainnya yang dapat membantu
*----------------------------------------------------------------------*
Alarm_Bangun = 03:00
Membuka_Aktifitas = "bismillah"
Menutup_Aktifitas = "alhamdulillah"
Masih_bernyawa = [undefined] //Tergantung anugrah nafas dari Allah
Hari_Ini = date()

*----------------------------------------------------------------------*
* Lakukan sepanjang hayat
*
do while (Masih_bernyawa)

* Jika alarm berbunyi atau engkau dijamu terbangun tengah malam
if (Alarm_Bangun == on) .or. (Automatic_wake_up == on)

* Bersyukurlah atas kehidupan yang dianugerahkan
* Bersyukur pula karena engkau dipilih-Nya sebagai
* hamba yang mendapat jamuan di sepertiga malam terakhir
@lisan say kalimat(Membuka_Akfitas)

* Lengkapi syukurmu dengan mengambil air wudhu
* Basahi wajahmu dengan air mata taubat
* Hadirkan kerinduanmu untuk berjumpa dengan Tuhanmu
do Ambil_Wudhu // silahkan baca prosedur Ambil_Wudhu yang tepat

* Sempurnakan syukur & wudhumu dengan berdiri, menghampar sajadah
* Hadapkan wajahmu kepada Tuhan Semesta Alam
* Biarkanlah lambungmu jauh dari tempat tidur
* Disaat manusia lain lelap hangat tertidur
* Karena tentu ada ganti yang lebih baik bagimu kelak
do Tahajjud

* DIA senang bila hambanya meminta
* Maka berdoa dan mohon ampunlah kepada-Nya
* DIA pasti mengabulkan doa dan permohonanmu
do Munajat

* Jika hari Senin atau Kamis maka bersahurlah agar berkah
* Berpuasa sunnahlah, agar jasad, ruh, dan akalmu terjaga
* Bukankah ini sunnah yang paling dicintai oleh kekasih-Nya?
if (Hari_Ini == Senin) .or. (Hari_Ini == Kamis)
do Sahur
endif

* Jika masih ngantuk, tidurlah sejenak hingga terdengar adzan shubuh
* Manusia memiliki keterbatasan, jasadmu memiliki hak
* jangan memaksakan beribadah yang tidak mampu jasadmu memangkunya
if (Status_badan = ngantuk)
do Tidur_sejenak
endif

endif

* Dirikan shalat shubuh berjamaah
* Para malaikat turun ke bumi untuk memberkahi dan mendoakan
* para pecinta yang mencari kecintaan kepada Tuhannya.
* Tambahi dengan dengan tilawah
* Agar permulaan harimu basah dengan kalimat suci-Nya
do Shalat_Shubuh
do Tilawah

* Olah ragakan jasad sejenak
* DIA mencintai hamba-hamba-Nya yang kuat
* Kuat fisik, juga kuat ruhaninya.
do riyadhah

* Bersihkan badan, persiapkan diri mencari maisyah
* Jangan pernah meminta, jangan pernah menjadi beban
* Jangan pernah mengeluh, jangan sia-siakan harimu
do bersih_bersih
do persiapan_maisyah

* Bila cobaan, musibah dan ujian menghadang
* maka bersabar, ikhlaskan, dan tetaplah bertawakkal
* Bukankah Allah itu Maha Mengatur? Dia yang Maha Menggenggam
do case
case (Cobaan == Datang)
do Sabar

case (Musibah == Merintang)
do Iklaskan

case (Keinginan .not. Terpenuhi)
do Tawakkal

endcase

* Kamu hidup di zaman yang banyak hal syubhat merajalela
* Maka carilah yang halal-halal saja
* Selama engkau berpapasan dengan perempuan bukan mukhrim
* Tundukan pandangan, segera hisab diri
do while (Berpapasan == Perempuan_bukan_Muhrim)
do Tundukkan_Pandangan

* Cek kemampuan
* Jika sudah mampu dan siap, menikahlah
* Jika belum, istiqamahlah dalam berpuasa sunnah
Kemampuanku = Check_Kemampuan(saat_ini)

if (Kemampuanku == OK)
do nikah // Menuju keluarga sakinah mawaddah warahmah

else
do puasa_sunnah

endif

enddo

* Tunaikanlah kewajiban-kewajibanmu kepada Allah
do tugas_khalifah

* Penuhi hak-hak saudara-saudaramu yang lain
* Beri dan jawablah salam untuk saudaramu seiman
* Doakan saudaramu bila ia bersin
* Berilah nasihat kepada saudaramu baik diminta maupun tidak
* Penuhi undangannya, bila ia mengundang
* [Coba baca kembali prosedur ber-amal sosial]
do penuhi_hak_manusia

* Bersedekahlah...!
* Baik disaat lapang, maupun disaat kurang
* Tak akan pernah berkurang harga yang disedekahkan
* Justru Allah akan melipatgandakannya 10 hingga 700 kali
do sedekah

* Buatlah agar hatimu merasakan selalu diawasi Tuhanmu
* dengan demikian segala sikap dan ucapmu senantiasa lurus
do Muraqabah

* Jika kau berbuat khilaf, maka segeralah bertaubatlah
* Sesali, bertekad tidak mengulangi
* serta melakukan kebaikan untuk menutupi
* Silahkan baca prosedure taubatan nasuha
do Taubat

* Shalehkan diri, tebar manfaat untuk umat,
* siapkan amal untuk bekal saat perjumpaan dengan ajal
* Setelah engkau memperbaiki diri, jangan lupa untuk beramal
* Setelah salam terucap, engkau dititah untuk bertebaran
* Maka penuhilah dunia dengan amal terbaikmu
do Tarbiyah_dzatiyah
do Amal_Prestatif

* Tutup harimu dengan muhasabah diri
* Sesali dan minta maaflah kepada orang-orang yang kau dzalimi
if (Hari_Ini == malam)
do Muhasabah
endif

@lisan say kalimat(Penutup_Aktifitas)

enddo // Lakukan semuanya sepanjang hayat
*----------------------------------------------------------------------*

Minggu, 27 Maret 2011

Kembali Menyusun Hikmah

Pada awalnya, mungkin, ia terlalu tinggi menengadahkan harapan..tanpa menyadari bahwa dalam semua ikhtiarnya tetaplah ada skenario Alloh yang tak akan mampu terelak. Bukan harapan sebenarnya yang menjadi masalah, hanya orientasinya pada saat itu belum benar-benar lurus menuju ridha-Mu, hingga Alloh membuatnya terdampar pada sebuah suasana yang belum pernah ia rencanakan. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

Saat itu, otaknya terus memutar kendali, mencari makna apa yang ingin Dia sampaikan dari semua keputusan itu. Namun, ia sadari..ada sesuatu yang tak cukup difahami oleh akal semata, imanlah yang mengawali terbukanya keterhijaban hati menuju hikmah.

Cukup lama ia ikuti alur yang harus dijalani, sesekali matanya terpejam..adakah ia belum ridho atas ketetapanNya? Melihat kondisi tempatnya mencari ilmu tak sesuai yang ia harapkan, terlebih suasana yang membuat ia kikuk untuk melakukan sesuatu.
Suasana hati, ya suasana hati belum selaras dengan apa yang diyakini. Imbasnya, ia mulai keteteran mengikuti pelajaran yang disampaikan, hanya karena satu alasan..”Ini bukan bidangku, aku tidak mampu melanjutkan ini.”

Untunglah Dia tak pernah sedikitpun letih membimbingnya. Teguran seorang teman cukup membuatnya tersentak..

“Sebenarnya anti hanya membuat alibi agar anti bisa pindah dari tempat itu. Bukan anti tak mampu mempelajarinya, tapi belum ikhlasnya anti untuk berada ditempat itu mengacaukan semua sistem yang seharusnya dapat mendukungmu untuk belajar.”

Yaa Rahiim, ia terhempas merasakan letih atas apa yang ia hadapi. Letih yang ia buat sendiri. Lalu ia putuskan untuk menghimpun kembali kekuatan. Sepertinya, kebelumikhlasan ia atas ketetapanMu telah menguap membentuk kabut yang menghalanginya untuk menikmati hikmah. Entah dimana hatinya ketika ayat-ayatMu ia tilawahkan, entah dimana ia letakkan ilmu mengelola hati yang selama ini ia dapat dari para asatidz.

Inilah saat yang tepat untuk mengkomunikasikan hati dan pikiran, lirihnya. Ia pun memilih menyendiri, berlari menuju rumahMu. Baru ia tapakkan kakinya dipelataran, sudah sangat terasa betapa Alloh merindukannya. Di masjid berlantai kayu itu, ia utarakan semua yang menghimpitnya padaMu. Ia menangisi dirinya sendiri, betapa kerdilnya iman yang ia miliki ketika ia berpikir bahwa kebahagiaan hanya terletak pada yang kasat mata saja. Hingga ia rindukan dirinya yang dulu, diri yang bahagia dengan senyumannya, diri yang bahagia dengan setiap amanah yang Alloh berikan, diri yang bahagia karena yakinnya terhadap janjiMu bahwa dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan.

Al Kariim, tanpa disadari, terbilang hitungan hari ia sempat menjauh dariMU. Padahal letihnya raga, tak seharusnya melemahkan hati. Kini ia kembali mengurai syukur, karena disamping tempat itu, Engkau posisikan ia disebuah pesantren sebagai penyeimbang. Disini Engkau beri ia kesempatan untuk memaknai ilmuMu lebih dalam lagi, ilmu yang InsyaAlloh mendekatkannya pada al-haq. Alhamdulillah, ia kembali menyusun hikmah. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

“Kadang bukan suasana yang harus diganti, tapi rasa yang harus diperbaiki. Kau belum tentu bahagia dengan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kembalilah kepada rasa yang seharusya ada pada dirimu agar kau bahagia.” (Aidh bin Abdullah Al Qarniy)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh! Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa dari semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya....” (QS Az-Zumar 53-54)


(Alhamdulillah, terimakasih Alloh, Kau berikan sebuah amanah yang membuatku tak bisa pindah dari kampus ini. Mungkin ini caraMu untuk memberiku kebahagiaan itu. Terimakasih ummi & abi tercinta yang sudah setia mendengarkan cerita2ku disini :) Akhirnyaa, Jazakumullah.. zahra, deli, nita, esty & teman2 yg lain...kalian yang menguatkanku untuk bertahan di tempat ini. Semoga Alloh selalu berikan keistiqomahan dalam setiap gerak hati, fikiran dan lisan kita. Amiin Yaa Robb. Hamasah!!)

*Semua ketetapanNya sangat patut disyukuri ^^

Minggu, 20 Februari 2011

Mempersiapkan Masalah

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Hari ini, benar-benar ingin menjauh dari segala pernak-pernik yang berhubungan dengan kuliah. Saat ini saja..untuk merefleksikan hati dan bercengkrama dengan masalah..(efek UAS PTI kemarin sepertinya.. :D). Eit, tenang dulu sahabat...tak akan kubuat tulisan ini sia-sia, Insya Alloh..

Sebelum masuk ke topik inti (halaah... -_-“ ). Yuk kita kendurkan dulu ketegangan yang menghimpit kita dengan istighfar..sudah?! baiklah, tulisan ini hanya boleh dibaca oleh pihak-pihak yang mencintai senyum..hehe, ^^

Sahabat, pernahkah kita mempersiapkan sebuah masalah?
(lho ko masalah dipersiapkan? bukannya kita harus memberantas si masalah itu biar hati kita tenang?)

Oh,tidak bissa..!! maksudnya gini lho sahabatku, saya bantu dengan ilustrasi ya..

Misalkan, saya membayangkan kalau suatu hari nanti Alloh mengundang saya untuk berkunjung ke Baitulloh (Amiin Yaa Robb..) dengan rizki yang tidak diduga-duga. Tentunya pada saat itu saya akan sangat bersyukur, dan tanpa tedeng aling-aling langsung menerima undangan itu. Saya pun mulai membayangkan perjalanan indah saya ketika menaiki pesawat dengan jama’ah lain. Tapi tiba-tiba saya ingat kalau saya takut akan ketinggian!! (bukankah ini masalah?). Jelas saya tidak ingin membatalkan perjalanan ibadah yang sungguh sudah saya rindukan sejak lama hanya karena phobia ketinggian. Seketika itu otak saya pun mulai beraksi mencari solusi, membuat peta yang dapat mengantarkan saya menuju pintu keluar dari masalah itu. Pokoknya saya harus jadi pergi! Dan..taraaaaa, lampu ide pun menyala :D setelah mencoba mempelajari masalah, dan menyesuaikannya dengan kondisi yang ada, akhirnya saya menemukan jalan keluarnya yaitu saya tidak boleh duduk tepat disamping jendela pesawat. Yap, alhamdulillah masalah ini selesai dan solusi pun didapat.

Nah, sekarang sudah terbayang bukan apa itu “mempersiapkan masalah”?

Ya, terkadang ketika sedang merencanakan sesuatu seringkali kita tertahan oleh masalah-masalah yang kita bayangkan sendiri. Padahal masalah-masalah itu belum tentu terjadi, hanya saja seringkali kita ditakuti oleh ketidaksiapan kita dalam menghadapi masalah di kemudian hari. Tapi bersyukurlah sahabatku, disadari atau tidak saat sedang membayangkan sebuah masalah..hati dan pikiran kita secara spontan akan mencari jalan keluar sebagai langkah antisipasi. Betul?

Dalam sebuah buku, saya menemukan sebuah kalimat hikmah yang menggugah semangat saya. Begini bunyinya..

”Masalah adalah kesempatan untuk beristirahat, lalu bangkit dan berubah.”


Awalnya saya bingung kenapa harus dikatakan kesempatan untuk beristirahat? setelah saya renungi, ternyata memang benar..jika kita mampu menghadapi masalah dengan bijak, maka ia akan mengantarkan kita menuju sebuah pencerahan, menyingkap kabut yang menghalangi kemudahan..agar sadar kemana kita harus bersandar, mentafakuri kelemahan diri dan mengakui kebesaran Alloh Robbul Izzati yang menjanjikan jalan keluar dari setiap ujian masalah kita. Ujian adalah tarbiyah dari Alloh, apakah kita kan sabar ataupun sebaliknya.. (The Zikr)

“Kini, dengan yakin kukatakan..masalah itu nikmat!!dengannya kutelusuri kesalahan-kesalahan yang ada dalam diri ini, karenanya aku pun semakin mendekatkan diri pada Alloh..sungguh nikmat yang luar biasa.”


Selamat merangkum hikmah sahabat....semoga catatan yang sangat sederhana ini bermanfaat. Afwan, jika ada kata yang sia-sia..

Baiklah..masih dalam keadaan tersenyum ya, saya akhiri tulisan ini dengan sebuah do’a..

“Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Israa : 80)


Amiin Yaa Robbal ‘alamiin..

Barokallohu fiikum..^^

(Untukmu Saniku, Alloh tak pernah membatasi nikmat yang ia berikan untuk kita. Semangat ya.. \^_^/
Untukmu adikku, Azka..hikmah itu terhampar luas dan kaulah penentunya, akan disimpan dengan iman atau dibiarkan terserak begitu saja. Dari Ummi, abi dan dirimu, kutemukan sejatinya perjuangan.. \^_^/ )

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)

Minggu, 09 Januari 2011

1 Sen, berbuah Iman

Suatu hari, seorang Imam Besar Masjid London hendak pergi ke suatu tempat. Untuk menikmati perjalanan, ia memilih menaiki bis yang dirasa nyaman olehnya. Sebelum menempati tempat duduk, ia membayar ongkos terlebih dahulu pada supir bis. Transaksi selesai, ia pun menerima uang kembaliannya dan duduk dengan tenang di kursi paling kanan (kalau disini mah seringnya duduk dulu, baru bayar :D). Sepanjang perjalanan, lisannya tak henti mengucap tasbih melihat pemandangan indah yang ia lewati. Saat sedang asyik menikmati perjalanannya, tiba-tiba ia teringat pada uang kembalian yang masih ada ditangannya. Lalu ia segera mengambil dompetnya, kemudian menghitung kembali uang tersebut sebelum dimasukkan. Namun sebelum sempat dimasukkan, ia terperangah mendapati uang kembaliannya lebih 1 sen. Ia kebingungan, apa yang harus dilakukannya, apakah uang itu harus dikembalikan atau tidak. Di satu sisi, ia menyadari bahwa itu bukan haknya, disisi lain hatinya berbisik “Sudah, itu milikmu..si supir pun tidak akan rugi jika kamu mengambilnya..ambil saja, cuma 1 sen ini ko!”.
Bis semakin mendekati tempat yang ia tuju, sementara sisi2 hatinya masih terus berperang menyuarakan pendapatnya. Akhirnya bis merapat ke depan halte, ia pun beranjak sambil terus meyakinkan hatinya bahwa itu bukan hartanya, sekecil apapun nilai uangnya. Sebelum turun, ia menghampiri supir bis tadi dan mengembalikan uang yang bukan miliknya. Ketika akan turun, tiba2 ia dikagetkan dengan teriakan supir bis..”Tuaaaaan..anda lolos tuan..anda lolos!!!”
Ia heran, ada apa lagi ini? Belum terjawab keheranannya, ia kembali dikejutkan dengan kelakuan supir itu yang tiba2 merangkulnya dengan erat, masih ia dengar suara lirih supir itu “Anda lolos tuan,.. anda lolos.”
Dengan rasa bingung ia pun bertanya.. “Apa yang anda maksud tuan?”
Supir itu pun melepaskan rangkulannya,
“Bukankah anda Imam Besar Masjid London?”
“Benar..”
“Anda lolos tuan...” lirihnya lagi sambil tersenyum, “Sudah lama saya mempelajari Islam dan saya pun tertarik untuk terus mendalaminya. Hingga tadi saat melihat anda menaiki bis saya, saya sangat senang dan tiba2 saja terpikirkan untuk menguji sejauh mana anda mengamalkan apa yang telah anda dakwahkan selama ini. Saya pun menambahkan 1 sen di uang kembalian anda, sepanjang jalan saya memikirkan apa yang akan anda lakukan, sesekali saya khawatir jika anda berbuat yang tidak seharusnya. Memang, 1 sen itu tidaklah terlalu berarti untuk saya, tapi jika anda mengambilnya, sungguh anda telah berdosa. Anda telah mengambil harta saya dan membelokkan saya kembali pada kekafiran. Syukurlah, anda tidak mengecewakan saya..”
“Alhamdulillah…” ucap sang Imam lirih, andai saja si supir tau bahwa hatinya sempat berdebat sebelum memutuskan. Ah, terima kasih Yaa Robb…
“Sekarang…” supir itu melanjutkan perkataannya, “Saya ingin menyempurnakan niat saya untuk masuk Islam, saya akan bersyahadat!!” tegasnya penuh haru.
“AllohuAkbar..” Imam itu pun tersungkur, hati dan lisannya tak henti mengucap takbir dan rasa syukur yang teramat dalam, sungguh hidayah-Nya telah menyinari siapa yang dikehendaki-Nya.

(Catatan sederhana == Terinspirasi dari tausiah ba’da maghrib Ustadz Budi Prayitno)

Silahkan merangkum hikmah… :) maaf kalau ceritanya terlalu didramatisir..hehe :D

SEBENTUK KOMITMEN

Ini bukanlah hari menyejarah, bahkan masih terlalu jauh jika yang dimaksud adalah hari kelahiran..Ntah kenapa, sudah beberapa pekan perhatianku ditarik paksa menuju angka 19. Jika bukan karena tayangan itu, mungkin aku tak akan semerinding ini. Aku dibuat malu, menyaksikan sekumpulan kecil itu..riang sekali, teduh wajahnya mengalihkan semua penat yang sempat bertengger menyesakkan saraf. Aku larut dalam kisah mereka yang tak kasat mata, namun memancarkan bermilyar cahaya… Laksana buah utrujjah yang sangat harum aromanya, indah warnanya dan manis rasanya..mereka luar biasa melebihi yang lain.

Jika hidup ini diibaratkan sebuah perjalanan, seharusnya dalam hitungan tahun ke-19 aku telah menempuh jarak yang sangat jauh, maka anggaplah aku sempat merasa kelelahan mengayun langkah hingga suatu waktu ditengah perjalanan aku menemukan sebuah pohon yang sangat rindang memayungi sekelilingnya dan aku pun tak mampu mengelak untuk berteduh dibawahnya sembari menenangkan diri dan mempersiapkan kembali bekal perjalanan selanjutnya. Maka pohon yang menyejukkan itu adalah mereka…

Lekat kuikuti kembali kisah mereka di layar, lalu aku mulai membandingkan 19 itu dengan angka-angka yang mereka miliki, ada 5, 6, 7, 11, 15..selisih yang cukup jauh bukan? Angkaku jelas lebih tinggi dari mereka. Namun, dalam seketika aku pun terpekur memaknai hal itu, usiaku tepaut jauh dari mereka tapi prestasi mulia yang mereka raih jauh melampauiku. MasyaAlloh, kurasakan butir-butir itu mengalir. Al-Qur’an yang membuat mereka begitu bercahaya dalam pandanganku. Aku malu pada sosok-sosok suci itu, mereka telah mampu menghafal, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam usia dini yang penuh keimanan. Bagaimana tidak tergetar hatiku melihat kenyataan ini?

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal sholih bahwa bagi mereka adalah pahala yang besar.” (Al-Isro’ [17] : 9)


Aku kecipratan kabar gembira yang tertoreh dalam Al-Qur’an dari mukmin-mukmin kecil itu, sahabat... Betapa bahagianya…istirahatku akhirnya membuahkan bekal.

Sedikit mendekati penghujung ke-19 yang tak lama lagi meningkat, aku akan melanjutkan perjalanan. Teriring do’a dari mereka yang tak lelah membimbing dan menyemangati, semoga istiqomah dan mampu menjadi sahabat Al-Qur’an. Perjalanan ini adalah sebentuk komitmen yang tak bisa ditawar lagi, dengan memohon selalu pertolongan dan rahmat Alloh, semoga angka2 bertingkat itu tak sekedar menjadi penghias usia..hingga pergantiannya selalu beriringan dengan nafas-nafas Al-Qur’an yang mendampingi perjalananku, hingga kutemui ridhoNya..

“Lihat dan renungkan,setiap orang yg bertekad akan sampai tujuan.
Dan tujuan yang paling mulia adalah menghafal Alquran sekalipun dapat di abaikan..
Jika engkau berniat,bergegaslah....
Jika engkau bertekad maka bulatkan,dan ketahuilah bahwa orang yang rela di barisan akhir tidak akan menemukan kebahagiaan....
Wahai yang bercita-cita tinggi untuk menghafal Al-Qur'an,
ruhmu merindukan keutamaan,semangatmu terpancar untuk melampaui perkebunan indah ini,agar engkau bisa memetik buah dan bunganya......
sekarang,sekarang saatnya engkau bergerak merapat menuju mushafmu.....menambah dan mengingat hafalan mu!!!”
(Ustadz Suhud)


"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?."

menunggu, merindu, berjaga, berdo'a


Di suatu tempat,
ntah dimana
di dunia..
Seseorang menunggumu
berdo'a..
seperti do'a yang biasa engkau ucapkan
sehabis sholat

Pada suatu saat,
ntah apabila
di dunia..
seseorang merindukanmu,
berjaga-jaga,
seperti malam-malammu
yg berlalu sangat lambat

Seseorang menunggu, merindu, berjaga dan berdo'a
di suatu tempat,
pada setiap
seperti engkau
selalu..


(Sumber : Ajip Rosidi)

Bersabarlah Wahai Putri Ummi..

Ketika bunga itu telah mekar, maka ia akan menebarkan harumnya. Memberikan kesejukan bagi yang memandangnya, memberikan rasa tenang untuk sekelilingnya, menebarkan keindahan yang menyenangkan, bahkan anginpun selalu menyapanya dengan penuh kelembutan, serta matahari turut memberikan sinaran kehidupan yang selalu menggelorakan.


Pada saatnya nanti akan ada seorang yang akan mendatanginya, dengan membawa maksud untuk melindunginya. Tenanglah duhai putri ummi, pada waktunya nanti, pahlawanmu akan datang menjemput dengan penuh keridhoan dari Rabb-Nya.



Maka, tidak perlu ada keresahan ataupun rasa was-was untuk sebuah penantian. Karena semua telah ada yang mengurusnya. Pada waktunya kelak, akan ada sebuah moment indah yang tiada pernah terbayang.



Tak perlu keresahan itu menghantui, tak perlu kegelisahan menggelayuti. Asalkan kau terus berjalan dan memelihara hatimu sesuai yang disyariatkan oleh Tuhan-Mu wahai permata hati keluarga.



Rabb-Mu bahkan telah menakdirkan sosok belahan jiwamu ketika ruh mu baru saja ditiupkan dalam rahim ibu. Hanya do'a yang bisa memenuhi harapanmu, karena Allah pasti akan selalu merengkuh segala pengharapan-Mu pada-Nya. Hanya senandung do'amu lah yang bisa mengubah takdir yang buruk menjadi takdir indah.



Ketahuilah , janji Allah tiada pernah ingkar. Bahwa ketika engkau menjadi muslimah yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, lalu di hatimu hanya ada kecintaan kepada yang Maha memiliki cinta. Maka, yang akan menjemputmu kelak adalah hamba yang juga hatinya dipenuhi ketaqwaan, seorang hamba yang jiwanya selalu dekat dengan Rabb nya.



Kini, yang perlu kau lakukan adalah berkaca pada air mata kehidupan yang bening. Sudahkah engkau menjaga hati-Mu, wahai putri abi? Sudahkah kau junjung tinggi harkat dan martabatmu sebagai wanita yang kelak akan melahirkan penerus agama? Sudahkan engkau mulai mendo'akan segala kebaikan bagi permata hati yang kelak lahir dari rahimmu? Sudahkan engkau tersadar bahwa begitu banyak hal yang masih perlu kau renungi dan engkau persiapkan dalam masa penantian?



Berdamailah dengan jiwamu wahai perhiasan dunia, bahwa penantian adalah sebuah hadiah suci dari Rabb-Mu, penantian adalah sebuah keindahan dalam kehidupan, dan penantian adalah sebuah pendidikan langsung dari Yang Maha Memiliki Hati. Sebab kelak engkau akan menjadi samudra kehidupan bagi anak-anakmu. Penyejuk hati bagi Pendamping-Mu, penguat hati bagi belahan jiwamu, . Serta rahmat bagi sekeliling-Mu.



Ketika dalam setiap helaan nafasmu telah dipenuhi dengan kepasrahan kepada Rabb-Mu, maka tak perlu lagi kecemasan dan kekhawatiran akan sosok yang kelak menjadi pasanganmu. Kerana Allah Maha Mengetahui sedang dirimu tiada mengetahui apapun. Bahkan segala yang masih menjadi rahasia Allah, akan menjadi sebuah kejutan yang mengharukan batin bagimu.



Ketika dengan sepenuh jiwa dan raga kau berjuang menjaga diri dari segala kehinaan. Tak perlu kau dirundung pilu. Kerana Allah telah menyiapkan seorang hamba yang kelak dengan sepenuh jiwa dan raganya menjagamu, membimbingmu dalam menggapai ridho ilahi, dan mencintaimu karena Allah.



Maka, buatlah bidadari surga cemburu padamu, cemburu akan keteguhan menjaga harga diri muslimah, cemburu akan ketaatanmu kepada Allah, cemburu akan pesona yang engkau tebarkan untuk makhluk semesta, cemburu akan cinta dan kasih sayangmu yang sedalam dan seluas samudra, dan kesabaranmu dalam penantian… Kerana engkaupun pasti bisa menjadi bidadari dunia akhirat yang penuh dengan anugrah cinta dari Allah. Percayalah….=)


* renungan dalam "taman kebaikan", semoga bermanfaat dunia akhirat, amin ya Rabb..


**Kiriman dari ukhty dear, Mahshuna...


"Apa yang kau takutkan untuk sebuah pernikahan ukhti? sementara Allah dan RasulNya tlh memberikan banyak kebaikan didalamnya.. :)" tak lama setelah kiriman itu..ia, sahabatku, menanyakannya..

Aku menerawang, meski sedikit sesak kuutarakan,

"Aku khawatir, belum mampu menjadi madrasah terbaik untuk jundi-jundiku kelak. Sejenak ukhti, aku sedang mempersiapkannya dulu untuk amanahku. Tidak usah khawatir, tak ada yang kutakuti darinya. Semoga ia yang mendampingiku nanti tak pernah menyesali kebaradaanku dan selalu meridhai aku sebagai ibu dari jundi-jundinya :)
do'akan aku :)"

Tak Semua Rasa Bisa Ia Lisankan

Nyaman, setiap kali melihatnya dengan wajah ceria sekalipun aku tau tak banyak waktu yang ia gunakan untuk sekedar merebah lelah. Ia..dua tahun diatasku, wajahnya sederhana pun penampilannya. Sayang..ia sama sekali tak bisa membuatku sedikit saja membuang senyum, meski hanya sekedar berpapasan dengannya ^___^
Pagi itu, setelah beberapa lama bejibaku dengan tugas kuliah dan tuntutan kerja masing2, kami bertemu, lagi.. pandangannya lekat kearahku, namun sedikit sekali kulihat senyumnya.
"Ada apa?" heranku terucap, sambil sesekali melirik pakaian dan merapihkan jilbab, khawatir ada yang membuatnya tak nyaman dengan penampilanku saat itu.
"Tidak ada, " singkat.
Tak biasanya..
Kugamit lengannya, "Kenapa teteh….teteh kangen nisa ya?" kuajak ia tersenyum.
Ia diam, lalu melepas tanganku, sedikit kikuk ia pun menghambur kearahku, lirihnya
"Iyaa nisa, teteh kangen nisa, tapi teteh malu mau bilangnya."
Allah… di titik inilah kurasakan manisnya ukhuwah. Meski tak semua rasa bisa ia lisankan, bahkan untuk mengungkap rindu pada seorang adik pun begitu malu. Ada saatnya memang rasa-rasa itu tak perlu diobral, sekalipun tak diucapkan, keterkaitan hati dengan sendirinya meyampaikan. Alhamdulillah, terimakasih Yaa Rabb..atas rindu yang Kau titipkan padanya, untukku :)

Teruslah Berbuat

Semuanya terasa serba teratur meski dzahirnya terlihat tak tersusun, karena rangkaian cerita yang Alloh tetapkan selalu lebih indah dari yang kurangkai sendiri..selalu mengalir tak terencanakan, mencerminkan bahwa aku hanya mampu berperan sebagai konseptor kesekian setelah keMaha teraturan konsepNya. Dia, Alloh yang Maha Penyayang , tak ingin azzam dan ikhtiarku tertahan diujung pena..hingga dalam prosesnya Alloh yakinkan langkah ini, seakan kudengar titahNya, “Teruslah berbuat, AKU ingin melihat hambaKu berjuang lebih tangguh dari sebelumnya. AKU ingin meridhoi setiap langkahnya, maka jadikan niatmu selalu tertuju padaKU!!”
..Dan kubiarkan diri ini lelah di dunia, karena aku berharap istirahatku kelak bermanja-manja bersama Alloh Al-Lathif dan Rosululloh SAW..
Amiin Yaa Mujib...

Programmer Menjemput Surga

Ga sengaja, pas lagi searching tugas Algoritma, nemu postingan keren dari blog http://insansains.wordpress.com..ini isinya :)


*----------------------------------------------------------------------*
* PMHG.PRG *
* Program Melewati Hari dengan Gemilang *
* Keterangan : Program membuat diri selamat dunia dan akhirat *
* : Function dan Procedure tidak terlampir *
* Dibuat oleh : Insan Sains *
* Tanggal : 20 Oktober 2008 *
*----------------------------------------------------------------------*

*----------------------------------------------------------------------*
* INISIALISASI VARIABLE DAN KONSTANTA
* Set alarm pada 03:00 am
* Set kalimat pembuka aktifitas dengan basmallah
* Set kalimat penutup dengan hamdalah
* Dapatkan variable lainnya yang dapat membantu
*----------------------------------------------------------------------*
Alarm_Bangun = 03:00
Membuka_Aktifitas = "bismillah"
Menutup_Aktifitas = "alhamdulillah"
Masih_bernyawa = [undefined] //Tergantung anugrah nafas dari Allah
Hari_Ini = date()

*----------------------------------------------------------------------*
* Lakukan sepanjang hayat
*
do while (Masih_bernyawa)

* Jika alarm berbunyi atau engkau dijamu terbangun tengah malam
if (Alarm_Bangun == on) .or. (Automatic_wake_up == on)

* Bersyukurlah atas kehidupan yang dianugerahkan
* Bersyukur pula karena engkau dipilih-Nya sebagai
* hamba yang mendapat jamuan di sepertiga malam terakhir
@lisan say kalimat(Membuka_Akfitas)

* Lengkapi syukurmu dengan mengambil air wudhu
* Basahi wajahmu dengan air mata taubat
* Hadirkan kerinduanmu untuk berjumpa dengan Tuhanmu
do Ambil_Wudhu // silahkan baca prosedur Ambil_Wudhu yang tepat

* Sempurnakan syukur & wudhumu dengan berdiri, menghampar sajadah
* Hadapkan wajahmu kepada Tuhan Semesta Alam
* Biarkanlah lambungmu jauh dari tempat tidur
* Disaat manusia lain lelap hangat tertidur
* Karena tentu ada ganti yang lebih baik bagimu kelak
do Tahajjud

* DIA senang bila hambanya meminta
* Maka berdoa dan mohon ampunlah kepada-Nya
* DIA pasti mengabulkan doa dan permohonanmu
do Munajat

* Jika hari Senin atau Kamis maka bersahurlah agar berkah
* Berpuasa sunnahlah, agar jasad, ruh, dan akalmu terjaga
* Bukankah ini sunnah yang paling dicintai oleh kekasih-Nya?
if (Hari_Ini == Senin) .or. (Hari_Ini == Kamis)
do Sahur
endif

* Jika masih ngantuk, tidurlah sejenak hingga terdengar adzan shubuh
* Manusia memiliki keterbatasan, jasadmu memiliki hak
* jangan memaksakan beribadah yang tidak mampu jasadmu memangkunya
if (Status_badan = ngantuk)
do Tidur_sejenak
endif

endif

* Dirikan shalat shubuh berjamaah
* Para malaikat turun ke bumi untuk memberkahi dan mendoakan
* para pecinta yang mencari kecintaan kepada Tuhannya.
* Tambahi dengan dengan tilawah
* Agar permulaan harimu basah dengan kalimat suci-Nya
do Shalat_Shubuh
do Tilawah

* Olah ragakan jasad sejenak
* DIA mencintai hamba-hamba-Nya yang kuat
* Kuat fisik, juga kuat ruhaninya.
do riyadhah

* Bersihkan badan, persiapkan diri mencari maisyah
* Jangan pernah meminta, jangan pernah menjadi beban
* Jangan pernah mengeluh, jangan sia-siakan harimu
do bersih_bersih
do persiapan_maisyah

* Bila cobaan, musibah dan ujian menghadang
* maka bersabar, ikhlaskan, dan tetaplah bertawakkal
* Bukankah Allah itu Maha Mengatur? Dia yang Maha Menggenggam
do case
case (Cobaan == Datang)
do Sabar

case (Musibah == Merintang)
do Iklaskan

case (Keinginan .not. Terpenuhi)
do Tawakkal

endcase

* Kamu hidup di zaman yang banyak hal syubhat merajalela
* Maka carilah yang halal-halal saja
* Selama engkau berpapasan dengan perempuan bukan mukhrim
* Tundukan pandangan, segera hisab diri
do while (Berpapasan == Perempuan_bukan_Muhrim)
do Tundukkan_Pandangan

* Cek kemampuan
* Jika sudah mampu dan siap, menikahlah
* Jika belum, istiqamahlah dalam berpuasa sunnah
Kemampuanku = Check_Kemampuan(saat_ini)

if (Kemampuanku == OK)
do nikah // Menuju keluarga sakinah mawaddah warahmah

else
do puasa_sunnah

endif

enddo

* Tunaikanlah kewajiban-kewajibanmu kepada Allah
do tugas_khalifah

* Penuhi hak-hak saudara-saudaramu yang lain
* Beri dan jawablah salam untuk saudaramu seiman
* Doakan saudaramu bila ia bersin
* Berilah nasihat kepada saudaramu baik diminta maupun tidak
* Penuhi undangannya, bila ia mengundang
* [Coba baca kembali prosedur ber-amal sosial]
do penuhi_hak_manusia

* Bersedekahlah...!
* Baik disaat lapang, maupun disaat kurang
* Tak akan pernah berkurang harga yang disedekahkan
* Justru Allah akan melipatgandakannya 10 hingga 700 kali
do sedekah

* Buatlah agar hatimu merasakan selalu diawasi Tuhanmu
* dengan demikian segala sikap dan ucapmu senantiasa lurus
do Muraqabah

* Jika kau berbuat khilaf, maka segeralah bertaubatlah
* Sesali, bertekad tidak mengulangi
* serta melakukan kebaikan untuk menutupi
* Silahkan baca prosedure taubatan nasuha
do Taubat

* Shalehkan diri, tebar manfaat untuk umat,
* siapkan amal untuk bekal saat perjumpaan dengan ajal
* Setelah engkau memperbaiki diri, jangan lupa untuk beramal
* Setelah salam terucap, engkau dititah untuk bertebaran
* Maka penuhilah dunia dengan amal terbaikmu
do Tarbiyah_dzatiyah
do Amal_Prestatif

* Tutup harimu dengan muhasabah diri
* Sesali dan minta maaflah kepada orang-orang yang kau dzalimi
if (Hari_Ini == malam)
do Muhasabah
endif

@lisan say kalimat(Penutup_Aktifitas)

enddo // Lakukan semuanya sepanjang hayat
*----------------------------------------------------------------------*

Kembali Menyusun Hikmah

Pada awalnya, mungkin, ia terlalu tinggi menengadahkan harapan..tanpa menyadari bahwa dalam semua ikhtiarnya tetaplah ada skenario Alloh yang tak akan mampu terelak. Bukan harapan sebenarnya yang menjadi masalah, hanya orientasinya pada saat itu belum benar-benar lurus menuju ridha-Mu, hingga Alloh membuatnya terdampar pada sebuah suasana yang belum pernah ia rencanakan. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

Saat itu, otaknya terus memutar kendali, mencari makna apa yang ingin Dia sampaikan dari semua keputusan itu. Namun, ia sadari..ada sesuatu yang tak cukup difahami oleh akal semata, imanlah yang mengawali terbukanya keterhijaban hati menuju hikmah.

Cukup lama ia ikuti alur yang harus dijalani, sesekali matanya terpejam..adakah ia belum ridho atas ketetapanNya? Melihat kondisi tempatnya mencari ilmu tak sesuai yang ia harapkan, terlebih suasana yang membuat ia kikuk untuk melakukan sesuatu.
Suasana hati, ya suasana hati belum selaras dengan apa yang diyakini. Imbasnya, ia mulai keteteran mengikuti pelajaran yang disampaikan, hanya karena satu alasan..”Ini bukan bidangku, aku tidak mampu melanjutkan ini.”

Untunglah Dia tak pernah sedikitpun letih membimbingnya. Teguran seorang teman cukup membuatnya tersentak..

“Sebenarnya anti hanya membuat alibi agar anti bisa pindah dari tempat itu. Bukan anti tak mampu mempelajarinya, tapi belum ikhlasnya anti untuk berada ditempat itu mengacaukan semua sistem yang seharusnya dapat mendukungmu untuk belajar.”

Yaa Rahiim, ia terhempas merasakan letih atas apa yang ia hadapi. Letih yang ia buat sendiri. Lalu ia putuskan untuk menghimpun kembali kekuatan. Sepertinya, kebelumikhlasan ia atas ketetapanMu telah menguap membentuk kabut yang menghalanginya untuk menikmati hikmah. Entah dimana hatinya ketika ayat-ayatMu ia tilawahkan, entah dimana ia letakkan ilmu mengelola hati yang selama ini ia dapat dari para asatidz.

Inilah saat yang tepat untuk mengkomunikasikan hati dan pikiran, lirihnya. Ia pun memilih menyendiri, berlari menuju rumahMu. Baru ia tapakkan kakinya dipelataran, sudah sangat terasa betapa Alloh merindukannya. Di masjid berlantai kayu itu, ia utarakan semua yang menghimpitnya padaMu. Ia menangisi dirinya sendiri, betapa kerdilnya iman yang ia miliki ketika ia berpikir bahwa kebahagiaan hanya terletak pada yang kasat mata saja. Hingga ia rindukan dirinya yang dulu, diri yang bahagia dengan senyumannya, diri yang bahagia dengan setiap amanah yang Alloh berikan, diri yang bahagia karena yakinnya terhadap janjiMu bahwa dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan.

Al Kariim, tanpa disadari, terbilang hitungan hari ia sempat menjauh dariMU. Padahal letihnya raga, tak seharusnya melemahkan hati. Kini ia kembali mengurai syukur, karena disamping tempat itu, Engkau posisikan ia disebuah pesantren sebagai penyeimbang. Disini Engkau beri ia kesempatan untuk memaknai ilmuMu lebih dalam lagi, ilmu yang InsyaAlloh mendekatkannya pada al-haq. Alhamdulillah, ia kembali menyusun hikmah. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

“Kadang bukan suasana yang harus diganti, tapi rasa yang harus diperbaiki. Kau belum tentu bahagia dengan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kembalilah kepada rasa yang seharusya ada pada dirimu agar kau bahagia.” (Aidh bin Abdullah Al Qarniy)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh! Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa dari semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya....” (QS Az-Zumar 53-54)


(Alhamdulillah, terimakasih Alloh, Kau berikan sebuah amanah yang membuatku tak bisa pindah dari kampus ini. Mungkin ini caraMu untuk memberiku kebahagiaan itu. Terimakasih ummi & abi tercinta yang sudah setia mendengarkan cerita2ku disini :) Akhirnyaa, Jazakumullah.. zahra, deli, nita, esty & teman2 yg lain...kalian yang menguatkanku untuk bertahan di tempat ini. Semoga Alloh selalu berikan keistiqomahan dalam setiap gerak hati, fikiran dan lisan kita. Amiin Yaa Robb. Hamasah!!)

*Semua ketetapanNya sangat patut disyukuri ^^

Mempersiapkan Masalah

Bismillaahirrohmaanirrohiim…

Hari ini, benar-benar ingin menjauh dari segala pernak-pernik yang berhubungan dengan kuliah. Saat ini saja..untuk merefleksikan hati dan bercengkrama dengan masalah..(efek UAS PTI kemarin sepertinya.. :D). Eit, tenang dulu sahabat...tak akan kubuat tulisan ini sia-sia, Insya Alloh..

Sebelum masuk ke topik inti (halaah... -_-“ ). Yuk kita kendurkan dulu ketegangan yang menghimpit kita dengan istighfar..sudah?! baiklah, tulisan ini hanya boleh dibaca oleh pihak-pihak yang mencintai senyum..hehe, ^^

Sahabat, pernahkah kita mempersiapkan sebuah masalah?
(lho ko masalah dipersiapkan? bukannya kita harus memberantas si masalah itu biar hati kita tenang?)

Oh,tidak bissa..!! maksudnya gini lho sahabatku, saya bantu dengan ilustrasi ya..

Misalkan, saya membayangkan kalau suatu hari nanti Alloh mengundang saya untuk berkunjung ke Baitulloh (Amiin Yaa Robb..) dengan rizki yang tidak diduga-duga. Tentunya pada saat itu saya akan sangat bersyukur, dan tanpa tedeng aling-aling langsung menerima undangan itu. Saya pun mulai membayangkan perjalanan indah saya ketika menaiki pesawat dengan jama’ah lain. Tapi tiba-tiba saya ingat kalau saya takut akan ketinggian!! (bukankah ini masalah?). Jelas saya tidak ingin membatalkan perjalanan ibadah yang sungguh sudah saya rindukan sejak lama hanya karena phobia ketinggian. Seketika itu otak saya pun mulai beraksi mencari solusi, membuat peta yang dapat mengantarkan saya menuju pintu keluar dari masalah itu. Pokoknya saya harus jadi pergi! Dan..taraaaaa, lampu ide pun menyala :D setelah mencoba mempelajari masalah, dan menyesuaikannya dengan kondisi yang ada, akhirnya saya menemukan jalan keluarnya yaitu saya tidak boleh duduk tepat disamping jendela pesawat. Yap, alhamdulillah masalah ini selesai dan solusi pun didapat.

Nah, sekarang sudah terbayang bukan apa itu “mempersiapkan masalah”?

Ya, terkadang ketika sedang merencanakan sesuatu seringkali kita tertahan oleh masalah-masalah yang kita bayangkan sendiri. Padahal masalah-masalah itu belum tentu terjadi, hanya saja seringkali kita ditakuti oleh ketidaksiapan kita dalam menghadapi masalah di kemudian hari. Tapi bersyukurlah sahabatku, disadari atau tidak saat sedang membayangkan sebuah masalah..hati dan pikiran kita secara spontan akan mencari jalan keluar sebagai langkah antisipasi. Betul?

Dalam sebuah buku, saya menemukan sebuah kalimat hikmah yang menggugah semangat saya. Begini bunyinya..

”Masalah adalah kesempatan untuk beristirahat, lalu bangkit dan berubah.”


Awalnya saya bingung kenapa harus dikatakan kesempatan untuk beristirahat? setelah saya renungi, ternyata memang benar..jika kita mampu menghadapi masalah dengan bijak, maka ia akan mengantarkan kita menuju sebuah pencerahan, menyingkap kabut yang menghalangi kemudahan..agar sadar kemana kita harus bersandar, mentafakuri kelemahan diri dan mengakui kebesaran Alloh Robbul Izzati yang menjanjikan jalan keluar dari setiap ujian masalah kita. Ujian adalah tarbiyah dari Alloh, apakah kita kan sabar ataupun sebaliknya.. (The Zikr)

“Kini, dengan yakin kukatakan..masalah itu nikmat!!dengannya kutelusuri kesalahan-kesalahan yang ada dalam diri ini, karenanya aku pun semakin mendekatkan diri pada Alloh..sungguh nikmat yang luar biasa.”


Selamat merangkum hikmah sahabat....semoga catatan yang sangat sederhana ini bermanfaat. Afwan, jika ada kata yang sia-sia..

Baiklah..masih dalam keadaan tersenyum ya, saya akhiri tulisan ini dengan sebuah do’a..

“Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Israa : 80)


Amiin Yaa Robbal ‘alamiin..

Barokallohu fiikum..^^

(Untukmu Saniku, Alloh tak pernah membatasi nikmat yang ia berikan untuk kita. Semangat ya.. \^_^/
Untukmu adikku, Azka..hikmah itu terhampar luas dan kaulah penentunya, akan disimpan dengan iman atau dibiarkan terserak begitu saja. Dari Ummi, abi dan dirimu, kutemukan sejatinya perjuangan.. \^_^/ )

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)

1 Sen, berbuah Iman

Suatu hari, seorang Imam Besar Masjid London hendak pergi ke suatu tempat. Untuk menikmati perjalanan, ia memilih menaiki bis yang dirasa nyaman olehnya. Sebelum menempati tempat duduk, ia membayar ongkos terlebih dahulu pada supir bis. Transaksi selesai, ia pun menerima uang kembaliannya dan duduk dengan tenang di kursi paling kanan (kalau disini mah seringnya duduk dulu, baru bayar :D). Sepanjang perjalanan, lisannya tak henti mengucap tasbih melihat pemandangan indah yang ia lewati. Saat sedang asyik menikmati perjalanannya, tiba-tiba ia teringat pada uang kembalian yang masih ada ditangannya. Lalu ia segera mengambil dompetnya, kemudian menghitung kembali uang tersebut sebelum dimasukkan. Namun sebelum sempat dimasukkan, ia terperangah mendapati uang kembaliannya lebih 1 sen. Ia kebingungan, apa yang harus dilakukannya, apakah uang itu harus dikembalikan atau tidak. Di satu sisi, ia menyadari bahwa itu bukan haknya, disisi lain hatinya berbisik “Sudah, itu milikmu..si supir pun tidak akan rugi jika kamu mengambilnya..ambil saja, cuma 1 sen ini ko!”.
Bis semakin mendekati tempat yang ia tuju, sementara sisi2 hatinya masih terus berperang menyuarakan pendapatnya. Akhirnya bis merapat ke depan halte, ia pun beranjak sambil terus meyakinkan hatinya bahwa itu bukan hartanya, sekecil apapun nilai uangnya. Sebelum turun, ia menghampiri supir bis tadi dan mengembalikan uang yang bukan miliknya. Ketika akan turun, tiba2 ia dikagetkan dengan teriakan supir bis..”Tuaaaaan..anda lolos tuan..anda lolos!!!”
Ia heran, ada apa lagi ini? Belum terjawab keheranannya, ia kembali dikejutkan dengan kelakuan supir itu yang tiba2 merangkulnya dengan erat, masih ia dengar suara lirih supir itu “Anda lolos tuan,.. anda lolos.”
Dengan rasa bingung ia pun bertanya.. “Apa yang anda maksud tuan?”
Supir itu pun melepaskan rangkulannya,
“Bukankah anda Imam Besar Masjid London?”
“Benar..”
“Anda lolos tuan...” lirihnya lagi sambil tersenyum, “Sudah lama saya mempelajari Islam dan saya pun tertarik untuk terus mendalaminya. Hingga tadi saat melihat anda menaiki bis saya, saya sangat senang dan tiba2 saja terpikirkan untuk menguji sejauh mana anda mengamalkan apa yang telah anda dakwahkan selama ini. Saya pun menambahkan 1 sen di uang kembalian anda, sepanjang jalan saya memikirkan apa yang akan anda lakukan, sesekali saya khawatir jika anda berbuat yang tidak seharusnya. Memang, 1 sen itu tidaklah terlalu berarti untuk saya, tapi jika anda mengambilnya, sungguh anda telah berdosa. Anda telah mengambil harta saya dan membelokkan saya kembali pada kekafiran. Syukurlah, anda tidak mengecewakan saya..”
“Alhamdulillah…” ucap sang Imam lirih, andai saja si supir tau bahwa hatinya sempat berdebat sebelum memutuskan. Ah, terima kasih Yaa Robb…
“Sekarang…” supir itu melanjutkan perkataannya, “Saya ingin menyempurnakan niat saya untuk masuk Islam, saya akan bersyahadat!!” tegasnya penuh haru.
“AllohuAkbar..” Imam itu pun tersungkur, hati dan lisannya tak henti mengucap takbir dan rasa syukur yang teramat dalam, sungguh hidayah-Nya telah menyinari siapa yang dikehendaki-Nya.

(Catatan sederhana == Terinspirasi dari tausiah ba’da maghrib Ustadz Budi Prayitno)

Silahkan merangkum hikmah… :) maaf kalau ceritanya terlalu didramatisir..hehe :D