Rabu, 28 Oktober 2009

Makasih ya de.. ^_^

Aini : Aneh,ka2 kalo lagi sakit makan'y banyak..!!??
Aku : Kan harus ikhtiar de, biar cepet sembuh...
Aini : Padahal kalo ikhtiar'y pas lagi sehat kan lebih baik ka...tetep terjaga kesehatan'y!!
Aku : Hehe,iya ya..pinter ni adeku.. (-_-')

(makasih ya de..)

Kamis, 22 Oktober 2009

Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah

Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.
Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :

"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13)

Hati Menemukan Kedamaian dengan Mengingat Allah

Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari the American National Health Research Center [Pusat Penelitian Kesehatan Nasional Amerika], pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagai contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini adalah 7:1 di antara para perokok. 1
Ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.

Dalam sebuah pengkajian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, dilaporkan bahwa orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernapasan 66% lebih tinggi daripada mereka yang beragama.

Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai "dampak kejiwaan". Ini berarti bahwa keyakinan agama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik pada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut diperiksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat daripada pengaruh kejiwaan apa pun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain. Benson menyatakan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 2

Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga manusia ini? Kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah. 3

Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan dalam Al Qur'an dengan kalimat ini "...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra’d, 13:28). Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepada-Nya, lebih sehat secara ruhani dan jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. Filsafat dan sistem yang tidak selaras dengan penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidakbahagiaan.

Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata Patrick Glynn: "Penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih dari 24 tahun silam telah menunjukkan bahwa, ... keyakinan agama adalah satu di antara sejumlah kaitan paling serasi dari keseluruhan kesehatan jiwa dan kebahagiaan." 4

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Minggu, 18 Oktober 2009

Perbedaan itu..

Sekira'y ada perbedaan,tak usah kau sembunyikan itu kawan. Sampaikan saja padaku..mungkin itu lebih baik bagi kita.
Jika perbedaan itu benar ada'y, dg tulus aku akan menyambutnya. Tp jika itu salah, knpa tdk qt coba luruskan k arah yg benar. . Jujur, aku sempat kaku dg apa yg kau sembunyikan. Meski aku tau apa yg sedang terjadi. Kecewa itu ada, tp tak ada gunanya jg menyalahkan. Maaf, saat itu aku mundur. Aku tak ingin mengotori hati dg prasangka2 yg kusimpul sendiri. Mungkin itu krn sedikit'y ilmuku..Bukan, bukan berarti menyalahkan. Hanya kupikir itulah yg harus kulakukan, semoga itu bkn krn nafsuku. Walau ada pembicaraan yg sempat membuatku tersudut. Aku tak mempermasalahkan'y. Karena Alloh pun tau, betapa pahit aku mempertahankan prinsip itu. Harapku, perbedaan itu tidaklah membuat qt pecah. Tetaplah perkuat simpul ukhuwah ini. Bukankah qt tetap satu tubuh dlm ISLAM?? Maka tak ada salah'y kita jadikan ini pengerat. Semoga Alloh meridhai apa yg aku dan kalian lakukan. Amiin Yaa Rabbal 'alamiin...

(dLm renungan 171009)

Kamis, 15 Oktober 2009

Damba

Alloh,beri aku pemahaman..pemahaman ttg cinta yg kudamba. Dambaan yg belum berpihak.
Meski akal dan hati berontak mengejar menggapainya.
Layak'y bayi yg muak akan mainan'y yg rusak.
Aku tertatih menatap asa penuh makna..
Berharap Kau berpihak..
Akan semua yg kutangisi..
Semua yg kusesali.
Meski itu hanya gundukan lumpur yg sia2..
Itu kulakukan hanya utk mencapainya..
Untuk menguak makna yg tersimpan.
Alloh sesungguh'y harap yg kudamba adalah cinta itu..
Cinta yg mengalahkan semua cinta yg ada d dunia..
Tanamkanlah dalam hati ini..
Hingga berbuah amal yg ikhlas,
Penuh cinta..
Hanya untukMu!!

(dlm renungan 151009)

Keep Hamasah...
ALLOHU AKBAR \(^o^)/

Kamis, 08 Oktober 2009

SMS MERAH JAMBU

Cukup menggelitik ceritanya...
Renungan untukku dan semoga bermanfaat untuk semuaa.. (tulisan ini na copas dari note teman di FB)

(waspada ) sms merah jambu
Share

Today at 7:04am
(Waspada!)SMS Merah Jambu
Kemarin jam 15:17
Beberapa hari yang lalu inne baca buku tentang batasan pergaulan antara ikhwan dan akhwat. Wah sampai ketawa ketiwi coz memang bener sesuai dengan apa yang ana, tmen temen aktivis alami. Kebnayakan seperti itu. Mudah-mudah bisa nyadar dan terbangun dari kekeliruannya selama ini.
Salah satunya ada yang berisi tentang seorang aktivis dakwah “ikhwan” yang suatu saat mengirimi sms kepada seorang akhwat berikut cuplikannya:
Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti.
Sender : Ikhwan +62817xxx

Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.


Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.


Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya

Sender : Akhwat +6281349696xxx

Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.


Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sang :great:at dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo ngaku! He he he

Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.

Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.

Konon, cerita tadi terus berlanjut.

Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???

Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.

Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.

Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.

Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.

Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.

Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!

Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya untuk mereka.

Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.

Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.


Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.

Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa

Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda

Nah itu tah yow siapa yang sering smsan ma ikhwan yang genit kayak gitu? wekZZZ… jangan-jangan ana juga terlibat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.. memang dunia aktivis tidak bisa dikatakn 100 % bersih dari virus merah jambu. Tapi sebenarnya tergantung kitanya bagaimana menyikapi sms merah jambu tersebut.
Jangan terlalu dibawa kehati nurani, anggap aja dia itu memang orang yang suka becanda, ntar kalau benar-benar kita anggap ia bisa – bisa kita gantung diri karena kecewa.
memang sich jatuh cinta itu nggak haram kok... cuma ya itu
cara kita menyikapi atau mengekpresikannya... jangan terlalu terburu-buru...

ntar ada waktunya kok..

CAMBUK

”Lakukanlah segala kebaikan yang bisa kita kerjakan, selama kita bisa dan harus selalu berusaha untuk BISA....”

“Subhanallah, kata penyemangat yang dahsyat!!!” gumamku sambil menutup lembaran akhir majalah pemberian kak Syifa. Segera kumasukkan majalah itu kedalam tas.
Semalam Kak Syifa pulang dengan membawa seabreg buku untukku. Seperti biasa, tanpa babibu segera kuraih buku-buku itu dari tangannya, itung-itung meringankan beban dia. Hehe…Aku suka lihat senyum manis Kak Syifa, walaupun wajahnya kelihatan sangat lelah saat itu.
“Kakak senang….nanti kakak beli lagi ya. Insya Alloh!!!” janji Kak Syifa sambil memamerkan senyum manisnya itu. Selalu itu yang ia katakan. Buku seolah-olah sudah menjadi oleh-oleh wajib setiap dia pulang. Ntah sudah berapa banyak buku pemberiannya. Yang pasti sekarang rak ‘perpustakaan mini’ di kamarku telah dipenuhi koleksi buku dari Kak Syifa.
“ Meskipun dari kampung, pemikiran kita gak boleh ngampung!!!Makanya tanamkan semangat membaca dari sekarang, agar kita mempu bersaing dengan orang-orang kota..oke!!!” pesan Kak Syifa suatu hari.

****
“ Daaarrrr!!!!! Hayoo..ngelamun terus Naf…kunaon atuh??” gadis manis itu mengagetkanku.
“Astaghfirullah, ichaa! Untung aku gak jantungan. Lagian hobi banget sih ngagetin orang!!!” bentakku.
Eh, yang dibentak malah mesem-mesem sendiri sambil nunjukin wajah usilnya.
“ Aih, Nafisa!!! Laa taghdhab…aku kan cuma becanda. Hehe..yaudah, aku daftarin Facebook ya cantik.” Bujuk icha.
“Fb????gak usah ah cha….!!” Jawabku ragu.
“Ga apa-apa ko Naf!!!.Fb banyak manfaatnya juga lho. Lewat Fb, kita bisa sharing sama anak-anak rohis dari sekolah lain, belum lagi banyak ilmu yang akan kita dapat dari mereka. Ya kan???gak usah khawatir gitu lah.” Lagi-lagi bujukan sahabatku ini mengalahkanku. Gak tega rasanya lihat icha kecewa.
“Yaudah, tapi gak janji sering aku buka lho Fb-nya..”
“Iya, terserah kamu aja deh..aku buatin sekarang ya!” tawar icha penuh semangat.
Aku hanya bisa mengangguk mendengar tawarannya. Kebetulan hari ini Pak Tedi guru fisika kami gak hadir. Jadi icha bisa dengan bebas memainkan Accer hitam kesayangannya. Wajahnya berseri-seri saat ia mulai berselancar di dunia maya. Ah, aku bahkan gak tertarik dengan berbagai aktivitas seperti itu. Bagiku cukuplah dunia maya sebagai salah satu media informasi bukan untuk main-main.

****
“Makasih ya cha!” kuraih HP-ku dari tangannya sambil melemparkan senyumku.
Ya, setelah berhasil mendaftarkan aku di Facebook icha langsung meminjam HP-ku. Aku pun meminjamkannya tanpa curiga. Kuperhatikan saja tangan mungilnya yang menari lincah diatas keypad HP-ku. Sesekali ia tersenyum riang tanda kemenangan.
“Sama-sama..udah mau nyampe rumah kamu tuh. Siap-siap gih!!” icha mengingatkan.
“Yup,Duluan ya cha…Assalamu’alaikum ukhti!!” aku pamit, berlari kecil mendekati pintu bis. Sayup kudengar teriakan icha.
“Wa’alaikumussalaam…jangan lupa coba dibuka di rumah ya Naf Fb-nya!! Udah aku sediain tuh aplikasinya di HP kamu.”
Kulambaikan tanganku pada icha tanda mengerti. Bis pun berhenti tepat di depan rumah sederhanaku.

****
Letih, segera kurebahkan badanku setelah kulahap habis satu buku seri Motivasi pemberian kak Syifa semalam. Rakus ya…gak apa!!! asalkan itu bisa membuatku menjadi lebih baik, kenapa tidak segera kulahap ilmunya?
“Icha tadi masukkan aplikasi apa ya???ah, gak ada salahnya aku coba. Anggap saja sebagai tanda bahwa aku menghargainya. Sekali ini saja, mudah-mudah gak keterusan!” gumamku dalam hati.
Tiba-tiba rasa penasaran menjalar dalam hatiku. Kuraih Sony Ericsson K700i kesayanganku.
Klik..kubuka salah satu aplikasi itu. Kutuliskan alamat Facebookku didalamnya. Loading…aku tak sabar menunggu. Ada apakah gerangan dibalik Facebook itu? Complete.. akhirnya Fb-ku terbuka sudah. Kujelajahi akun baruku itu. Sepertinya Icha sudah menambahkan banyak teman untukku. Kucoba mengisi status Fb-ku dengan kata hikmah yang kudapat tadi pagi.
Waaah…Subhanallah begitu banyak teman yang memberi komentar di statusku. Aku pun mulai asyik membalas komentar-komentar itu. Hmm… Benar kata icha, aku bisa dapat banyak ilmu disini. Senangnya bisa diskusi dengan banyak ikhwah di dunia maya. Tapi tiba-tiba saja koneksi internet di HP-ku terputus. Oow, ternyata pulsaku habis.
“Lho???tadi kan masih ada 2000, ko udah habis lagi…? Yah, padahal lagi seru-serunya diskusi nih.” Aku ngedumel sendiri dalam hati. “Ahaa, isi lagi aja ah pulsanya…masih ada uang simpanan ini.”
Tiba-tiba saja aku merasa mendapat energi untuk pergi membeli pulsa ke Counter Wafa, satu-satunya Counter yang ada di kampungku. Aneh, biasanya aku paling malas kalau harus jalan kaki ke Counter Wafa hanya untuk beli pulsa 5 ribu. Maklum jaraknya dari rumahku cukup jauh. Biasanya sih kalau isi pulsa cukup kirim SMS ke Mang Entis yang punya Counter itu. Barulah aku bayar besoknya sambil berangkat sekolah. Sayangnya sisa pulsaku sekarang gak cukup untuk ngirim 1 SMS pun. Yah, kutanggung sendiri deh akibatnya.

****
Dua bulan sudah aku aktif di dunia maya. Ntah itu untuk sekedar mencari informasi atau hanya main-main. Jangkauan komunikasinya pun sekarang semakin meluas mulai dari YM, Gtalk, dan Nimbuzz. Aku ketagihan chatting. Ya seperti itulah, seakan ada virus dunia maya yang begitu dahsyat menyerangku. Susah melepasnya. Waktu luang yang biasa kumanfaatkan untuk membaca kini kugunakan hanya untuk menyapa teman-teman yang online di YM atau yang lainnya.
Lihatlah buku-buku di rak ‘perpustakaan miniku’ semakin tak terawat, usang dan berdebu. Belum lagi setumpuk oleh-oleh wajib dari Kak Syifa 1 bulan lalu, masih teronggok diatas meja belajarku. Sama sekali belum tersentuh mpunya. Andai kak Syifa tahu, masihkah dia tersenyum manis untukku??Kakak…maafkan Nafisa!
Tidak hanya itu, pengeluaranku pun semakin tidak terkontrol karena seringnya beli pulsa. Pulsa 5 ribu yang biasanya kutargetkan habis selama 2 minggu, kini hanya terpakai 2-3 hari saja. Astaghfirullah…bukankah orang-orang yang boros itu temannya Syaithan??
Dilihat dari segi manfaatnya sih kuakui banyak yang kudapat darisana. Lewat itu semua aku bisa memperluas silaturahmi dengan saudara-saudara muslim di seluruh dunia khususnya Indonesia, selain itu banyak ilmu yang kudapat dari teman-teman dunia mayaku.
Subhanallah….tapi aku pun tak harus mengorbankan banyak waktu untuk melakukannya. Ntah sampai kapan kelalaian ini berakhir seandainya aku tidak menyadarinya dari sekarang. Aku gak berhak menyalahkan Icha yang telah memgenalkanku pada dunia ini. Karena ini salahku yang telah mengonsumsi internet secara berlebihan diluar kebutuhan. Meskipun pada dasarnya Icha ikut andil dalam masalah ini.
Aku teringat materi mentoring minggu lalu yang sempat membuatku bergidik. Saat itu mentorku menyampaikan perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah tentang kelalaian manusia :

“Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan dari orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Alloh SWT, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan kemaslahatan baginya, sedang mereka menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang.”

Ah Yaa Rabb, benarlah adanya bahwa eksistensiku untuk mengingatMu sudah tak semantap dulu lagi. Waktu panjang yang seharusnya kugunakan untuk bertemu dengan-Mu kian terkikis oleh kelalaian-kelalaian yang merugikan. Sehingga durasi untuk menyapa-Mu pun semakin berkurang. Padahal aku harus menyiapkan banyak amunisi untuk menghadapi akhirat nanti.
Cukuplah pengalaman itu kujadikan cambuk untuk memperbaiki diri. Karena aku tak ingin hidayah-Mu memudar hingga hatiku pias tanpa kesejukan mengingatMu.
Rasanya diri ini semakin bergetar ketakutan saat mengingat laranganMu itu..

“….Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-Araf 205)

Yaa Ghaffar, ampuni aku yang telah lalai.
Kuputuskan untuk MENGAKHIRINYA!!!!!!

(hehe….dibuat pas lagi sering2nya chatting…sayang belum bisa benar-benar mengakhiri aslinya mah. Masih dalam proses, InsyaAlloh!!!!setidaknya sekarang udah bisa mengurangi jatah internetan…Ya, masih banyak yang harus dilakukan selain ini. Tetap seMangaaaat!!!!!!!!)

Makasih ya de.. ^_^

Aini : Aneh,ka2 kalo lagi sakit makan'y banyak..!!??
Aku : Kan harus ikhtiar de, biar cepet sembuh...
Aini : Padahal kalo ikhtiar'y pas lagi sehat kan lebih baik ka...tetep terjaga kesehatan'y!!
Aku : Hehe,iya ya..pinter ni adeku.. (-_-')

(makasih ya de..)

Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah

Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.
Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :

"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13)

Hati Menemukan Kedamaian dengan Mengingat Allah

Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari the American National Health Research Center [Pusat Penelitian Kesehatan Nasional Amerika], pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagai contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini adalah 7:1 di antara para perokok. 1
Ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.

Dalam sebuah pengkajian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, dilaporkan bahwa orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernapasan 66% lebih tinggi daripada mereka yang beragama.

Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai "dampak kejiwaan". Ini berarti bahwa keyakinan agama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik pada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut diperiksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat daripada pengaruh kejiwaan apa pun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain. Benson menyatakan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 2

Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga manusia ini? Kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah. 3

Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan dalam Al Qur'an dengan kalimat ini "...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra’d, 13:28). Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepada-Nya, lebih sehat secara ruhani dan jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. Filsafat dan sistem yang tidak selaras dengan penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidakbahagiaan.

Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata Patrick Glynn: "Penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih dari 24 tahun silam telah menunjukkan bahwa, ... keyakinan agama adalah satu di antara sejumlah kaitan paling serasi dari keseluruhan kesehatan jiwa dan kebahagiaan." 4

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan

Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Perbedaan itu..

Sekira'y ada perbedaan,tak usah kau sembunyikan itu kawan. Sampaikan saja padaku..mungkin itu lebih baik bagi kita.
Jika perbedaan itu benar ada'y, dg tulus aku akan menyambutnya. Tp jika itu salah, knpa tdk qt coba luruskan k arah yg benar. . Jujur, aku sempat kaku dg apa yg kau sembunyikan. Meski aku tau apa yg sedang terjadi. Kecewa itu ada, tp tak ada gunanya jg menyalahkan. Maaf, saat itu aku mundur. Aku tak ingin mengotori hati dg prasangka2 yg kusimpul sendiri. Mungkin itu krn sedikit'y ilmuku..Bukan, bukan berarti menyalahkan. Hanya kupikir itulah yg harus kulakukan, semoga itu bkn krn nafsuku. Walau ada pembicaraan yg sempat membuatku tersudut. Aku tak mempermasalahkan'y. Karena Alloh pun tau, betapa pahit aku mempertahankan prinsip itu. Harapku, perbedaan itu tidaklah membuat qt pecah. Tetaplah perkuat simpul ukhuwah ini. Bukankah qt tetap satu tubuh dlm ISLAM?? Maka tak ada salah'y kita jadikan ini pengerat. Semoga Alloh meridhai apa yg aku dan kalian lakukan. Amiin Yaa Rabbal 'alamiin...

(dLm renungan 171009)

Damba

Alloh,beri aku pemahaman..pemahaman ttg cinta yg kudamba. Dambaan yg belum berpihak.
Meski akal dan hati berontak mengejar menggapainya.
Layak'y bayi yg muak akan mainan'y yg rusak.
Aku tertatih menatap asa penuh makna..
Berharap Kau berpihak..
Akan semua yg kutangisi..
Semua yg kusesali.
Meski itu hanya gundukan lumpur yg sia2..
Itu kulakukan hanya utk mencapainya..
Untuk menguak makna yg tersimpan.
Alloh sesungguh'y harap yg kudamba adalah cinta itu..
Cinta yg mengalahkan semua cinta yg ada d dunia..
Tanamkanlah dalam hati ini..
Hingga berbuah amal yg ikhlas,
Penuh cinta..
Hanya untukMu!!

(dlm renungan 151009)

Keep Hamasah...
ALLOHU AKBAR \(^o^)/

SMS MERAH JAMBU

Cukup menggelitik ceritanya...
Renungan untukku dan semoga bermanfaat untuk semuaa.. (tulisan ini na copas dari note teman di FB)

(waspada ) sms merah jambu
Share

Today at 7:04am
(Waspada!)SMS Merah Jambu
Kemarin jam 15:17
Beberapa hari yang lalu inne baca buku tentang batasan pergaulan antara ikhwan dan akhwat. Wah sampai ketawa ketiwi coz memang bener sesuai dengan apa yang ana, tmen temen aktivis alami. Kebnayakan seperti itu. Mudah-mudah bisa nyadar dan terbangun dari kekeliruannya selama ini.
Salah satunya ada yang berisi tentang seorang aktivis dakwah “ikhwan” yang suatu saat mengirimi sms kepada seorang akhwat berikut cuplikannya:
Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti.
Sender : Ikhwan +62817xxx

Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.


Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.


Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya

Sender : Akhwat +6281349696xxx

Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.

Sender : Ikhwan +628179823xxx

Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.


Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sang :great:at dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo ngaku! He he he

Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.

Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.

Konon, cerita tadi terus berlanjut.

Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???

Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.

Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.

Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.

Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.

Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.

Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!

Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya untuk mereka.

Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.

Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.


Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.

Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa

Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda

Nah itu tah yow siapa yang sering smsan ma ikhwan yang genit kayak gitu? wekZZZ… jangan-jangan ana juga terlibat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.. memang dunia aktivis tidak bisa dikatakn 100 % bersih dari virus merah jambu. Tapi sebenarnya tergantung kitanya bagaimana menyikapi sms merah jambu tersebut.
Jangan terlalu dibawa kehati nurani, anggap aja dia itu memang orang yang suka becanda, ntar kalau benar-benar kita anggap ia bisa – bisa kita gantung diri karena kecewa.
memang sich jatuh cinta itu nggak haram kok... cuma ya itu
cara kita menyikapi atau mengekpresikannya... jangan terlalu terburu-buru...

ntar ada waktunya kok..

CAMBUK

”Lakukanlah segala kebaikan yang bisa kita kerjakan, selama kita bisa dan harus selalu berusaha untuk BISA....”

“Subhanallah, kata penyemangat yang dahsyat!!!” gumamku sambil menutup lembaran akhir majalah pemberian kak Syifa. Segera kumasukkan majalah itu kedalam tas.
Semalam Kak Syifa pulang dengan membawa seabreg buku untukku. Seperti biasa, tanpa babibu segera kuraih buku-buku itu dari tangannya, itung-itung meringankan beban dia. Hehe…Aku suka lihat senyum manis Kak Syifa, walaupun wajahnya kelihatan sangat lelah saat itu.
“Kakak senang….nanti kakak beli lagi ya. Insya Alloh!!!” janji Kak Syifa sambil memamerkan senyum manisnya itu. Selalu itu yang ia katakan. Buku seolah-olah sudah menjadi oleh-oleh wajib setiap dia pulang. Ntah sudah berapa banyak buku pemberiannya. Yang pasti sekarang rak ‘perpustakaan mini’ di kamarku telah dipenuhi koleksi buku dari Kak Syifa.
“ Meskipun dari kampung, pemikiran kita gak boleh ngampung!!!Makanya tanamkan semangat membaca dari sekarang, agar kita mempu bersaing dengan orang-orang kota..oke!!!” pesan Kak Syifa suatu hari.

****
“ Daaarrrr!!!!! Hayoo..ngelamun terus Naf…kunaon atuh??” gadis manis itu mengagetkanku.
“Astaghfirullah, ichaa! Untung aku gak jantungan. Lagian hobi banget sih ngagetin orang!!!” bentakku.
Eh, yang dibentak malah mesem-mesem sendiri sambil nunjukin wajah usilnya.
“ Aih, Nafisa!!! Laa taghdhab…aku kan cuma becanda. Hehe..yaudah, aku daftarin Facebook ya cantik.” Bujuk icha.
“Fb????gak usah ah cha….!!” Jawabku ragu.
“Ga apa-apa ko Naf!!!.Fb banyak manfaatnya juga lho. Lewat Fb, kita bisa sharing sama anak-anak rohis dari sekolah lain, belum lagi banyak ilmu yang akan kita dapat dari mereka. Ya kan???gak usah khawatir gitu lah.” Lagi-lagi bujukan sahabatku ini mengalahkanku. Gak tega rasanya lihat icha kecewa.
“Yaudah, tapi gak janji sering aku buka lho Fb-nya..”
“Iya, terserah kamu aja deh..aku buatin sekarang ya!” tawar icha penuh semangat.
Aku hanya bisa mengangguk mendengar tawarannya. Kebetulan hari ini Pak Tedi guru fisika kami gak hadir. Jadi icha bisa dengan bebas memainkan Accer hitam kesayangannya. Wajahnya berseri-seri saat ia mulai berselancar di dunia maya. Ah, aku bahkan gak tertarik dengan berbagai aktivitas seperti itu. Bagiku cukuplah dunia maya sebagai salah satu media informasi bukan untuk main-main.

****
“Makasih ya cha!” kuraih HP-ku dari tangannya sambil melemparkan senyumku.
Ya, setelah berhasil mendaftarkan aku di Facebook icha langsung meminjam HP-ku. Aku pun meminjamkannya tanpa curiga. Kuperhatikan saja tangan mungilnya yang menari lincah diatas keypad HP-ku. Sesekali ia tersenyum riang tanda kemenangan.
“Sama-sama..udah mau nyampe rumah kamu tuh. Siap-siap gih!!” icha mengingatkan.
“Yup,Duluan ya cha…Assalamu’alaikum ukhti!!” aku pamit, berlari kecil mendekati pintu bis. Sayup kudengar teriakan icha.
“Wa’alaikumussalaam…jangan lupa coba dibuka di rumah ya Naf Fb-nya!! Udah aku sediain tuh aplikasinya di HP kamu.”
Kulambaikan tanganku pada icha tanda mengerti. Bis pun berhenti tepat di depan rumah sederhanaku.

****
Letih, segera kurebahkan badanku setelah kulahap habis satu buku seri Motivasi pemberian kak Syifa semalam. Rakus ya…gak apa!!! asalkan itu bisa membuatku menjadi lebih baik, kenapa tidak segera kulahap ilmunya?
“Icha tadi masukkan aplikasi apa ya???ah, gak ada salahnya aku coba. Anggap saja sebagai tanda bahwa aku menghargainya. Sekali ini saja, mudah-mudah gak keterusan!” gumamku dalam hati.
Tiba-tiba rasa penasaran menjalar dalam hatiku. Kuraih Sony Ericsson K700i kesayanganku.
Klik..kubuka salah satu aplikasi itu. Kutuliskan alamat Facebookku didalamnya. Loading…aku tak sabar menunggu. Ada apakah gerangan dibalik Facebook itu? Complete.. akhirnya Fb-ku terbuka sudah. Kujelajahi akun baruku itu. Sepertinya Icha sudah menambahkan banyak teman untukku. Kucoba mengisi status Fb-ku dengan kata hikmah yang kudapat tadi pagi.
Waaah…Subhanallah begitu banyak teman yang memberi komentar di statusku. Aku pun mulai asyik membalas komentar-komentar itu. Hmm… Benar kata icha, aku bisa dapat banyak ilmu disini. Senangnya bisa diskusi dengan banyak ikhwah di dunia maya. Tapi tiba-tiba saja koneksi internet di HP-ku terputus. Oow, ternyata pulsaku habis.
“Lho???tadi kan masih ada 2000, ko udah habis lagi…? Yah, padahal lagi seru-serunya diskusi nih.” Aku ngedumel sendiri dalam hati. “Ahaa, isi lagi aja ah pulsanya…masih ada uang simpanan ini.”
Tiba-tiba saja aku merasa mendapat energi untuk pergi membeli pulsa ke Counter Wafa, satu-satunya Counter yang ada di kampungku. Aneh, biasanya aku paling malas kalau harus jalan kaki ke Counter Wafa hanya untuk beli pulsa 5 ribu. Maklum jaraknya dari rumahku cukup jauh. Biasanya sih kalau isi pulsa cukup kirim SMS ke Mang Entis yang punya Counter itu. Barulah aku bayar besoknya sambil berangkat sekolah. Sayangnya sisa pulsaku sekarang gak cukup untuk ngirim 1 SMS pun. Yah, kutanggung sendiri deh akibatnya.

****
Dua bulan sudah aku aktif di dunia maya. Ntah itu untuk sekedar mencari informasi atau hanya main-main. Jangkauan komunikasinya pun sekarang semakin meluas mulai dari YM, Gtalk, dan Nimbuzz. Aku ketagihan chatting. Ya seperti itulah, seakan ada virus dunia maya yang begitu dahsyat menyerangku. Susah melepasnya. Waktu luang yang biasa kumanfaatkan untuk membaca kini kugunakan hanya untuk menyapa teman-teman yang online di YM atau yang lainnya.
Lihatlah buku-buku di rak ‘perpustakaan miniku’ semakin tak terawat, usang dan berdebu. Belum lagi setumpuk oleh-oleh wajib dari Kak Syifa 1 bulan lalu, masih teronggok diatas meja belajarku. Sama sekali belum tersentuh mpunya. Andai kak Syifa tahu, masihkah dia tersenyum manis untukku??Kakak…maafkan Nafisa!
Tidak hanya itu, pengeluaranku pun semakin tidak terkontrol karena seringnya beli pulsa. Pulsa 5 ribu yang biasanya kutargetkan habis selama 2 minggu, kini hanya terpakai 2-3 hari saja. Astaghfirullah…bukankah orang-orang yang boros itu temannya Syaithan??
Dilihat dari segi manfaatnya sih kuakui banyak yang kudapat darisana. Lewat itu semua aku bisa memperluas silaturahmi dengan saudara-saudara muslim di seluruh dunia khususnya Indonesia, selain itu banyak ilmu yang kudapat dari teman-teman dunia mayaku.
Subhanallah….tapi aku pun tak harus mengorbankan banyak waktu untuk melakukannya. Ntah sampai kapan kelalaian ini berakhir seandainya aku tidak menyadarinya dari sekarang. Aku gak berhak menyalahkan Icha yang telah memgenalkanku pada dunia ini. Karena ini salahku yang telah mengonsumsi internet secara berlebihan diluar kebutuhan. Meskipun pada dasarnya Icha ikut andil dalam masalah ini.
Aku teringat materi mentoring minggu lalu yang sempat membuatku bergidik. Saat itu mentorku menyampaikan perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah tentang kelalaian manusia :

“Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan dari orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Alloh SWT, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan kemaslahatan baginya, sedang mereka menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang.”

Ah Yaa Rabb, benarlah adanya bahwa eksistensiku untuk mengingatMu sudah tak semantap dulu lagi. Waktu panjang yang seharusnya kugunakan untuk bertemu dengan-Mu kian terkikis oleh kelalaian-kelalaian yang merugikan. Sehingga durasi untuk menyapa-Mu pun semakin berkurang. Padahal aku harus menyiapkan banyak amunisi untuk menghadapi akhirat nanti.
Cukuplah pengalaman itu kujadikan cambuk untuk memperbaiki diri. Karena aku tak ingin hidayah-Mu memudar hingga hatiku pias tanpa kesejukan mengingatMu.
Rasanya diri ini semakin bergetar ketakutan saat mengingat laranganMu itu..

“….Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-Araf 205)

Yaa Ghaffar, ampuni aku yang telah lalai.
Kuputuskan untuk MENGAKHIRINYA!!!!!!

(hehe….dibuat pas lagi sering2nya chatting…sayang belum bisa benar-benar mengakhiri aslinya mah. Masih dalam proses, InsyaAlloh!!!!setidaknya sekarang udah bisa mengurangi jatah internetan…Ya, masih banyak yang harus dilakukan selain ini. Tetap seMangaaaat!!!!!!!!)