Minggu, 27 Maret 2011

Kembali Menyusun Hikmah

Pada awalnya, mungkin, ia terlalu tinggi menengadahkan harapan..tanpa menyadari bahwa dalam semua ikhtiarnya tetaplah ada skenario Alloh yang tak akan mampu terelak. Bukan harapan sebenarnya yang menjadi masalah, hanya orientasinya pada saat itu belum benar-benar lurus menuju ridha-Mu, hingga Alloh membuatnya terdampar pada sebuah suasana yang belum pernah ia rencanakan. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

Saat itu, otaknya terus memutar kendali, mencari makna apa yang ingin Dia sampaikan dari semua keputusan itu. Namun, ia sadari..ada sesuatu yang tak cukup difahami oleh akal semata, imanlah yang mengawali terbukanya keterhijaban hati menuju hikmah.

Cukup lama ia ikuti alur yang harus dijalani, sesekali matanya terpejam..adakah ia belum ridho atas ketetapanNya? Melihat kondisi tempatnya mencari ilmu tak sesuai yang ia harapkan, terlebih suasana yang membuat ia kikuk untuk melakukan sesuatu.
Suasana hati, ya suasana hati belum selaras dengan apa yang diyakini. Imbasnya, ia mulai keteteran mengikuti pelajaran yang disampaikan, hanya karena satu alasan..”Ini bukan bidangku, aku tidak mampu melanjutkan ini.”

Untunglah Dia tak pernah sedikitpun letih membimbingnya. Teguran seorang teman cukup membuatnya tersentak..

“Sebenarnya anti hanya membuat alibi agar anti bisa pindah dari tempat itu. Bukan anti tak mampu mempelajarinya, tapi belum ikhlasnya anti untuk berada ditempat itu mengacaukan semua sistem yang seharusnya dapat mendukungmu untuk belajar.”

Yaa Rahiim, ia terhempas merasakan letih atas apa yang ia hadapi. Letih yang ia buat sendiri. Lalu ia putuskan untuk menghimpun kembali kekuatan. Sepertinya, kebelumikhlasan ia atas ketetapanMu telah menguap membentuk kabut yang menghalanginya untuk menikmati hikmah. Entah dimana hatinya ketika ayat-ayatMu ia tilawahkan, entah dimana ia letakkan ilmu mengelola hati yang selama ini ia dapat dari para asatidz.

Inilah saat yang tepat untuk mengkomunikasikan hati dan pikiran, lirihnya. Ia pun memilih menyendiri, berlari menuju rumahMu. Baru ia tapakkan kakinya dipelataran, sudah sangat terasa betapa Alloh merindukannya. Di masjid berlantai kayu itu, ia utarakan semua yang menghimpitnya padaMu. Ia menangisi dirinya sendiri, betapa kerdilnya iman yang ia miliki ketika ia berpikir bahwa kebahagiaan hanya terletak pada yang kasat mata saja. Hingga ia rindukan dirinya yang dulu, diri yang bahagia dengan senyumannya, diri yang bahagia dengan setiap amanah yang Alloh berikan, diri yang bahagia karena yakinnya terhadap janjiMu bahwa dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan.

Al Kariim, tanpa disadari, terbilang hitungan hari ia sempat menjauh dariMU. Padahal letihnya raga, tak seharusnya melemahkan hati. Kini ia kembali mengurai syukur, karena disamping tempat itu, Engkau posisikan ia disebuah pesantren sebagai penyeimbang. Disini Engkau beri ia kesempatan untuk memaknai ilmuMu lebih dalam lagi, ilmu yang InsyaAlloh mendekatkannya pada al-haq. Alhamdulillah, ia kembali menyusun hikmah. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

“Kadang bukan suasana yang harus diganti, tapi rasa yang harus diperbaiki. Kau belum tentu bahagia dengan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kembalilah kepada rasa yang seharusya ada pada dirimu agar kau bahagia.” (Aidh bin Abdullah Al Qarniy)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh! Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa dari semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya....” (QS Az-Zumar 53-54)


(Alhamdulillah, terimakasih Alloh, Kau berikan sebuah amanah yang membuatku tak bisa pindah dari kampus ini. Mungkin ini caraMu untuk memberiku kebahagiaan itu. Terimakasih ummi & abi tercinta yang sudah setia mendengarkan cerita2ku disini :) Akhirnyaa, Jazakumullah.. zahra, deli, nita, esty & teman2 yg lain...kalian yang menguatkanku untuk bertahan di tempat ini. Semoga Alloh selalu berikan keistiqomahan dalam setiap gerak hati, fikiran dan lisan kita. Amiin Yaa Robb. Hamasah!!)

*Semua ketetapanNya sangat patut disyukuri ^^

2 komentar:

Kembali Menyusun Hikmah

Pada awalnya, mungkin, ia terlalu tinggi menengadahkan harapan..tanpa menyadari bahwa dalam semua ikhtiarnya tetaplah ada skenario Alloh yang tak akan mampu terelak. Bukan harapan sebenarnya yang menjadi masalah, hanya orientasinya pada saat itu belum benar-benar lurus menuju ridha-Mu, hingga Alloh membuatnya terdampar pada sebuah suasana yang belum pernah ia rencanakan. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

Saat itu, otaknya terus memutar kendali, mencari makna apa yang ingin Dia sampaikan dari semua keputusan itu. Namun, ia sadari..ada sesuatu yang tak cukup difahami oleh akal semata, imanlah yang mengawali terbukanya keterhijaban hati menuju hikmah.

Cukup lama ia ikuti alur yang harus dijalani, sesekali matanya terpejam..adakah ia belum ridho atas ketetapanNya? Melihat kondisi tempatnya mencari ilmu tak sesuai yang ia harapkan, terlebih suasana yang membuat ia kikuk untuk melakukan sesuatu.
Suasana hati, ya suasana hati belum selaras dengan apa yang diyakini. Imbasnya, ia mulai keteteran mengikuti pelajaran yang disampaikan, hanya karena satu alasan..”Ini bukan bidangku, aku tidak mampu melanjutkan ini.”

Untunglah Dia tak pernah sedikitpun letih membimbingnya. Teguran seorang teman cukup membuatnya tersentak..

“Sebenarnya anti hanya membuat alibi agar anti bisa pindah dari tempat itu. Bukan anti tak mampu mempelajarinya, tapi belum ikhlasnya anti untuk berada ditempat itu mengacaukan semua sistem yang seharusnya dapat mendukungmu untuk belajar.”

Yaa Rahiim, ia terhempas merasakan letih atas apa yang ia hadapi. Letih yang ia buat sendiri. Lalu ia putuskan untuk menghimpun kembali kekuatan. Sepertinya, kebelumikhlasan ia atas ketetapanMu telah menguap membentuk kabut yang menghalanginya untuk menikmati hikmah. Entah dimana hatinya ketika ayat-ayatMu ia tilawahkan, entah dimana ia letakkan ilmu mengelola hati yang selama ini ia dapat dari para asatidz.

Inilah saat yang tepat untuk mengkomunikasikan hati dan pikiran, lirihnya. Ia pun memilih menyendiri, berlari menuju rumahMu. Baru ia tapakkan kakinya dipelataran, sudah sangat terasa betapa Alloh merindukannya. Di masjid berlantai kayu itu, ia utarakan semua yang menghimpitnya padaMu. Ia menangisi dirinya sendiri, betapa kerdilnya iman yang ia miliki ketika ia berpikir bahwa kebahagiaan hanya terletak pada yang kasat mata saja. Hingga ia rindukan dirinya yang dulu, diri yang bahagia dengan senyumannya, diri yang bahagia dengan setiap amanah yang Alloh berikan, diri yang bahagia karena yakinnya terhadap janjiMu bahwa dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan.

Al Kariim, tanpa disadari, terbilang hitungan hari ia sempat menjauh dariMU. Padahal letihnya raga, tak seharusnya melemahkan hati. Kini ia kembali mengurai syukur, karena disamping tempat itu, Engkau posisikan ia disebuah pesantren sebagai penyeimbang. Disini Engkau beri ia kesempatan untuk memaknai ilmuMu lebih dalam lagi, ilmu yang InsyaAlloh mendekatkannya pada al-haq. Alhamdulillah, ia kembali menyusun hikmah. Karena cinta-Mu, Engkau tawarkan harapan lain yang lebih ia butuhkan.

“Kadang bukan suasana yang harus diganti, tapi rasa yang harus diperbaiki. Kau belum tentu bahagia dengan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kembalilah kepada rasa yang seharusya ada pada dirimu agar kau bahagia.” (Aidh bin Abdullah Al Qarniy)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh! Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa dari semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya....” (QS Az-Zumar 53-54)


(Alhamdulillah, terimakasih Alloh, Kau berikan sebuah amanah yang membuatku tak bisa pindah dari kampus ini. Mungkin ini caraMu untuk memberiku kebahagiaan itu. Terimakasih ummi & abi tercinta yang sudah setia mendengarkan cerita2ku disini :) Akhirnyaa, Jazakumullah.. zahra, deli, nita, esty & teman2 yg lain...kalian yang menguatkanku untuk bertahan di tempat ini. Semoga Alloh selalu berikan keistiqomahan dalam setiap gerak hati, fikiran dan lisan kita. Amiin Yaa Robb. Hamasah!!)

*Semua ketetapanNya sangat patut disyukuri ^^