Minggu, 20 Februari 2011

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)

1 komentar:

  1. syukron katsiiron jazaakillah khoiron..
    jadi terfikir pentingnya sebuah cerita
    tersadar kenapa ada surat namanya Al-qoshos
    dalam alquran..

    BalasHapus

Senandung Cinta Syuhada

Mati bagiku tiada masalah
Asalkan dalam ridho dan rahmat Alloh
Dengan jalan apa pun mati itu terjadi
Asalkan kerinduan kepadanya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai takdir dan kehendak-Nya
Semoga berkat dan rahmat Alloh tercurah
Pada setiap sobekan daging dan darah
(Khubaib Bin ‘Ady)



Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Apa kabar sahabat? semoga selalu terpatri syukur yang tak terukur atas setiap aliran nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat atas jari-jari kita yang masih leluasa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Meski terlihat kecil, pernahkah terfikir jika suatu saat Alloh cabut nikmat atas jari telunjuk kita? mungkin karenanya kita akan kesulitan dalam menulis, bahkan kerepotan saat menyuapkan makanan..yuk bersyukur dari hal yang terkecil, agar semakin terbuka hati dan fikiran kita untuk merenungi setiap karunia dari-Nya..^^

Sahabat, pinjam waktumu sejenak..ada sekelumit kisah luar biasa dari seorang prajurit perindu syahid yang ingin kubagi, sejenak saja..InsyaAlloh terhampar hikmah yang mendalam dari kisahnya.

*****


Hari itu, haru menyeruak didalam hatinya. Lirih lisannya bergantian mengucap takbir dan tasbih. Selepas peperangan di Lembah Badar usai dan kaum muslimin menggenggam kemenangan, ia tak pernah menyangka akan memikul amanah yang agung dari sesosok yang dicintainya. Ya, hari itu ia terpilih sebagai duta yang diamanahi untuk menyebarkan cahaya kebenaran, menghujamkan ketauhidan dan mengajarkan islam kepada kabilah ‘udal dan Qarah.

Esoknya, berbekal keimanan yang kokoh, ia pun berangkat melakukan perjalanan bersama 9 orang duta lainnya yang diamanahi tugas yang sama. Sepanjang perjalanan ia terus merenungi bahwa ini bukanlah perjalanan yang mudah, musuh-musuh Alloh akan terus mengintai dan siap menghalangi perjalanan yang mulia itu kapan saja. Namun, kekhawatiran itu terkalahkan oleh ketaqwaan yang terpatri dalam dirinya dan rasa kecintaannya kepada Rasululloh.

Hingga suatu waktu, setibanya di sebuah perkampungan suku Hudzail yang terletak di perbatasan antara daerah ‘Usfan dan Makkah, sekelompok kafir Quraisy mencium keberadaan mereka. Para kafir Quraisy tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sigap mereka menghimpun seluruh kaum kafir dari suku Hudzail untuk menghadang perjalanan utusan Rosululloh. Dengan nafsu yang membara para musuh Alloh itu menyiapkan beratus anak panah dan memburu mereka. Namun serbuan anak panah tersebut tidak menyurutkan langkah para pejuang kebenaran untuk melanjutkan perjalanan, hingga satu persatu dari mereka syahid dan hanya tersisa seorang saja yang luput dari pembunuhan itu. Adalah ia, yang kecintaannya terhadap Rosululloh sangatlah besar. Khubaib bin ‘Ady.

Setelah berhasil membunuh sahabat-sahabatnya, kafir Quraisy mengikatnya dengan perlakuan yang hina, lalu ia diiringkan ke Makkah dan dijual sebagai budak dengan harga yang mahal kepada keluarga Al-Harits bin ‘Amr bin Naufal, seorang bangsawan sekaligus pemimpin Quraisy yang ia bunuh di lembah Badar.
Seluruh keluarga yang mengetahui peristiwa kematian Al-Harits oleh dirinya langsung memperlakukannya seperti binatang peliharaan mereka dengan menawan dan merantainya di halaman rumah Bani Harits. Mereka membiarkan Khubaib tersiksa dalam keadaan seperti itu, mereka tidak memberinya makan dan membiarkannya terpanggang terik matahari.

Tibalah saatnya pengeksekusian khubaib..sebelum eksekusi dilakukan ia meminta izin untuk menegakkan sholat dua rakaat terlebih dahulu. Dengan tatapan yang menghinakan mereka pun mengizinkannya untuk sholat karena menyangka bahwa khubaib hendak mempertimbangkan untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Alloh, Rosululloh dan agama Islam. Namun ia tak menghiraukan tatapan-tatapan itu dan melanjutkan niatnya untuk melaksanakan sholat. Ia pun sholat dengan khusyu dan hati yang pasrah. Ia rasakan kenikmatan yang luar biasa dalam setiap rakaatnya yang panjang hingga ia enggan untuk meninggalkan sholat. Akan tetapi kemudian ia berpaling ke arah para algojo dan dengan lantang berkata..

“ Demi Alloh, jika bukan karena khawatir akan persangkaan kalian kepadaku bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi sholatku!!!”


*****


Pelepah kurma yang menyerupai kayu salib telah disiapkan kafir Quraisy, kemudian mereka pun menyeret Khubaib dan mengikatnya kukuh disana. Pada saat itu seorang Quraisy memberikan tawaran kebebasan kepadanya dengan Rosululloh sebagai tebusannya. Dengan tegas ia pun menjawab, mengalunkan senandung kecintaannya terhadap Rosululloh, manusia sempurna yang selalu ia rindukan kehadirannya..

“Demi Alloh, tak sudi aku bersama anak istriku selamat dan menikmati kesenangan dunia, sedang Rosululloh tertimpa musibah meski hanya oleh sepotong duri!!!”


Allohuakbar!!!!


Tanah Tan’im dipenuhi darah yang tumpah. Terik matahari di padang sahara, penyiksaan yang bertubi-tubi tak sedikit pun melunturkan keimanan yang telah kuat tertanam dalam dirinya. Hingga tak dihiraukannya lagi perih luka yang menyiksa tubuhnya, yang ia rasakan hanyalah syahdu mengantar detik-detik pertemuannya dengan Ar-Rahiim..menitiskan ketenangan dalam kalbunya yang terus membayangkan kenikmatan surga yang akan segera diraihnya dengan gelar syuhada. Hingga ia melemah dan tubuhnya sudah tak kuasa bergerak..hanya lirih lisannya mengucap do’a ditengah riuhnya suara-suara musuh Alloh yang menyiksanya..

“Allohu Robbi,,telah kami tunaikan tugas dari Rosul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya tindakan orang-orang ini terhadap kami.”


Setelah itu, hening menyergap..Khubaib telah menjemput syahid, menyempurnakan pertemuannya dengan kekasih sejati yang telah lama ia rindu untuk melihatnya..Alloh Robbul Izzaty...

*****


Tak lama kemudian, Alloh mengabulkan doa Khubaib menjelang syahid. Rosululloh pun mengutus dua orang sahabat , Miqdad bin Amir dan Zubair bin Awwam untuk membebaskannya dari tiang salib. Biidznillah, sampailah mereka ke tempat itu dengan mudah. Keduanya segera menurunkan tubuh Khubaib. Sungguh, mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh dan tercium wangi yang semerbak darinya. Subhanalloh, bumi pun menyambut untuk merengkuh jasad Khubaib sepenuh cinta.

*****


(Terinspirasi dari buku Spiritual Problem Solving...terpetik hikmah di ahad pagi..^^ membaca kisah ini, saya kembali teringatkan dengan ayat cinta dari-Nya dalam QS Al-Imron 169-171.
“Kekokohan iman yang terpancar dari para syuhada tak akan pernah redup, karena dihati para perindu surga mereka tetaplah hidup..”
Pantaskah diri ini merindukan syahid????
Selamat merangkum hikmah sahabat.. ^^)