Jumat, 01 Juli 2011

Tak Semua Rasa Bisa Ia Lisankan

Nyaman, setiap kali melihatnya dengan wajah ceria sekalipun aku tau tak banyak waktu yang ia gunakan untuk sekedar merebah lelah. Ia..dua tahun diatasku, wajahnya sederhana pun penampilannya. Sayang..ia sama sekali tak bisa membuatku sedikit saja membuang senyum, meski hanya sekedar berpapasan dengannya ^___^
Pagi itu, setelah beberapa lama bejibaku dengan tugas kuliah dan tuntutan kerja masing2, kami bertemu, lagi.. pandangannya lekat kearahku, namun sedikit sekali kulihat senyumnya.
"Ada apa?" heranku terucap, sambil sesekali melirik pakaian dan merapihkan jilbab, khawatir ada yang membuatnya tak nyaman dengan penampilanku saat itu.
"Tidak ada, " singkat.
Tak biasanya..
Kugamit lengannya, "Kenapa teteh….teteh kangen nisa ya?" kuajak ia tersenyum.
Ia diam, lalu melepas tanganku, sedikit kikuk ia pun menghambur kearahku, lirihnya
"Iyaa nisa, teteh kangen nisa, tapi teteh malu mau bilangnya."
Allah… di titik inilah kurasakan manisnya ukhuwah. Meski tak semua rasa bisa ia lisankan, bahkan untuk mengungkap rindu pada seorang adik pun begitu malu. Ada saatnya memang rasa-rasa itu tak perlu diobral, sekalipun tak diucapkan, keterkaitan hati dengan sendirinya meyampaikan. Alhamdulillah, terimakasih Yaa Rabb..atas rindu yang Kau titipkan padanya, untukku :)

1 komentar:

Tak Semua Rasa Bisa Ia Lisankan

Nyaman, setiap kali melihatnya dengan wajah ceria sekalipun aku tau tak banyak waktu yang ia gunakan untuk sekedar merebah lelah. Ia..dua tahun diatasku, wajahnya sederhana pun penampilannya. Sayang..ia sama sekali tak bisa membuatku sedikit saja membuang senyum, meski hanya sekedar berpapasan dengannya ^___^
Pagi itu, setelah beberapa lama bejibaku dengan tugas kuliah dan tuntutan kerja masing2, kami bertemu, lagi.. pandangannya lekat kearahku, namun sedikit sekali kulihat senyumnya.
"Ada apa?" heranku terucap, sambil sesekali melirik pakaian dan merapihkan jilbab, khawatir ada yang membuatnya tak nyaman dengan penampilanku saat itu.
"Tidak ada, " singkat.
Tak biasanya..
Kugamit lengannya, "Kenapa teteh….teteh kangen nisa ya?" kuajak ia tersenyum.
Ia diam, lalu melepas tanganku, sedikit kikuk ia pun menghambur kearahku, lirihnya
"Iyaa nisa, teteh kangen nisa, tapi teteh malu mau bilangnya."
Allah… di titik inilah kurasakan manisnya ukhuwah. Meski tak semua rasa bisa ia lisankan, bahkan untuk mengungkap rindu pada seorang adik pun begitu malu. Ada saatnya memang rasa-rasa itu tak perlu diobral, sekalipun tak diucapkan, keterkaitan hati dengan sendirinya meyampaikan. Alhamdulillah, terimakasih Yaa Rabb..atas rindu yang Kau titipkan padanya, untukku :)